Sri Mulyani Pertahankan Target Defisit APBN 2,7% Meski Belanja Negara Melonjak
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tetap memasang outlook defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2024. Padahal belanja belanja negara melonjak, sementara penerimaan negara justru turun.
“Kami perkirakan defisit akhir tahun tetap 2,7% dari PDB,” kata Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara saat konferensi pers APBN KiTa Edisi September 2024 di Jakarta, Senin (23/9).
Menurut Suahasil, umumnya penyerapan anggaran terjadi pada kuartal III dan IV. Sebagai contoh, realisasi anggaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) mencapai 43,1% dari pagu pada Agustus 2024, atau Rp 18,9 triliun dari Rp44 triliun.
Realisasi ini akan terakselerasi pada dua kuartal terakhir tahun ini. Dia bilang, anggaran IKN belum sampai 50% yang direalisasikan, tapi pekerjaan fisik masih jalan terus.
"Setelah pekerjaan fisik selesai, diserahterimakan, pembayaran akan dilakukan secara penuh. Ini terjadi di kuartal IV. Jadi, di kuartal IV memang ada percepatan dari belanja, apalagi yang sifatnya fisik,” kata Suahasil.
Target Defisit APBN
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyebut target defisit APBN masih sama dengan yang ditetapkan bersama Badan Anggaran (Banggar) dan DPR, yakni 2,7% dari PDB.
“Ini karena penerimaan mengalami tekanan, dan belanja pertumbuhannya cukup baik,” ujar Sri Mulyani.
Dalam APBN 2024 ditetapkan target defisit sebesar 2,29% terhadap PDB. Namun, targetnya melebar hingga 2,7%. Pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 2.802,5 triliun, sementara belanja negara diperkirakan mencapai Rp 3.412,2 triliun.
Sementara itu, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.777,0 triliun pada Agustus 2024. Realisasi itu mencapai 63,4% dari target, namun terkontraksi 2,5% secara tahunan (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
“Kontraksi ini jauh lebih kecil dari bulan-bulan sebelumnya. Bulan lalu itu sekitar 6,5% atau pada Juni 2024. Bahkan bisa mencapai 8%. Jadi ini adalah penurunan akibat kontraksi pendapatan negara,” kata Sri Mulyani.
Sedangkan belanja negara justru lebih tinggi yakni mencapai Rp 1.830,7 triliun pada Agustus. "Ini artinya 58,1% dari total pagu belanja negara tahun ini telah dibelanjakan dan pertumbuhannya masih sangat kuat,” ujar Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan belanja negara selalu tumbuh double digit pada awal 2024. Sebab, pada awal tahun 2024 terdapat kebutuhan belanja untuk Pemilu. Selain itu, pemerintah membelanjakan utang untuk beberapa bansos El Nino.
“Itu semuanya menyebabkan belanja negara meningkat dan double digit. Ini masih bertahan hingga Agustus, dengan pertumbuhan 15,3% jika dibandingkan tahun lalu,” kata Sri Mulyani.
Meskipun begitu, dia memastikan APBN mencatatkan kinerja positif pada Agustus 2024. “Ini sebetulnya sesuai dengan yang sudah kita jelaskan pada bulan-bulan sebelumnya, dengan sedikit ada perbaikan terutama dari sisi pendapatan,” ujar Sri Mulyani.
Dia berharap pemerintah bisa mengejar target pendapatan negara sampai akhir tahun. Meski ia mengakui, Kemenkeu menghadapi situasi yang tidak ringan, terutama dari pos pendapatan pajak.