Deflasi 5 Bulan Beruntun, Sri Mulyani Sebut Daya Beli Masyarakat Masih Stabil

Rahayu Subekti
4 Oktober 2024, 16:55
deflasi, daya beli, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Kementerian Keuangan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Button AI Summarize

Kondisi deflasi lima bulan beruntun sejak Mei mendapat perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurut dia, situasi ini harus dilihat dari banyak hal, bukan hanya persoalan daya beli masyarakat.

Sejumlah indeks masih menunjukkan angka positif. "Indeks kepercayaan konsumen, indeks ritel atau pembelian, kami melihat masih pada level stabil dan tinggi. Tidak ada koreksi yang tajam," katanya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10).

Kelompok masyarakat yang terekam dalam indeks tersebut menunjukkan aktivitas daya beli yang konstan dan stabil. Terkait jumlah masyarakat kelas menengah yang menurun, Sri Mulyani mengatakan, masih perlu data yang lebih detail.

Biasanya penurunan kelas menengah terjadi karena inflasi. Saat ini justru terjadi deflasi dan sebagian kelas menengah turun ke kelompok rentan. Namun, masyarakat dari kelompok miskin ada yang naik ke kelompok menuju kelas menengah. "Dalam hal ini kami melihat ada dua indikator. Yang miskin naik, tapi kelas menengah turun," ujarnya.

Banyak Lapangan Pekerjaan

Sri Mulyani juga menyebut, meskipun terjadi banyak pemutusan hubungan kerja atau PHK tahun ini, angka penciptaan lapangan kerja masih tinggi. "Menurut statistik, ada 11 juta lebih penciptaan lapangan kerja dama tiga tahun terakhir. Angkatan kerja baru masih terbuka," ucapnya. 

Semua fenomena ekonomi yang terjadi sekarang harus dilihat secara keseluruhan. Misalnya, saat ini banyak investasi asing masuk ke sektor hilirisasi tambang. Lapangan kerja kemungkinan banyak ada di sektor tersebut. 

Sektor digital, ia mengatakan, juga membuka banyak kesempatan kerja baru. "Seperti Gojek dan yang lain. Jadi, kita harus melihat ekonomi Indonesia mengalami perubahan karena berbagai faktor," kata Sri Mulyani. 

Daya Beli Kelas Menengah Turun

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede belum bisa menyimpulkan deflasi lima bulan beruntun ini sebagai penurunan daya beli masyarakat secara umum. Namun jika mempertimbangkan data-data lain, ia memperkirakan daya beli kelas menengah memang turun.

Dia mencontohkan data tenaga kerja yang terkena PHK yang menunjukkan peningkatan sejak 2022 hingga Agustus 2024. Selain itu, ada penurunan rasio disposable income (pendapatan yang siap) dibelanjakan terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam 10 tahun terakhir.

“Memang terdapat tren penurunan daya beli, khususnya kelas menengah,” ujar Josua.

Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky justru melihat ada indikasi pelemahan daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh inflasi.

“Dari permintaan agregat, nampaknya ada indikasi melambat yang berkontribusi terhadap inflasi. Apakah lebih bahaya? Sebetulnya tidak, karena inflasi yang terlalu tinggi atau deflasi yang terlalu dalam juga sama-sama bahaya,” kata Riefky.

Kondisi yang sehat jika pertumbuhan harga yang stabil dan terjaga. Namun, menurut dia, adanya deflasi secara terus-menerus bukan merupakan indikasi yang baik.

Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...