Bank Dunia Ungkap 3 Risiko Global yang Bisa Berdampak pada Ekonomi Indonesia

Rahayu Subekti
11 Oktober 2024, 15:43
bank dunia
ANTARA/REUTERS/Johannes P. Christo
Seorang peserta berdiri di dekat logo Bank Dunia di Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 12 Oktober 2018.
Button AI Summarize

Bank Dunia memperingatkan sejumlah tantangan global yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia. Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo mengungkapkan tiga faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Ketiga faktor itu terkait bergesernya perdagangan dan investasi. Begitu juga dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan global.

Pertama, faktor ketegangan pada sektor perdagangan yang akhir-akhir ini terjadi antara Amerika Serikat dengan Cina membuka peluang bagi negara-negara seperti Vietnam untuk memperdalam mereka di rantai nilai global. “Ini  dengan menghubungkan para mitra perdagangan utama,” kata Mattoo dalam pernyataan tertulis, dikutip Jumat (11/10).

Dia mengatakan, perusahaan-perusahaan asal Vietnam yang mengekspor ke Amerika Serikat mengalami pertumbuhan angka penjualan hampir 25% lebih cepat daripada perusahaan-perusahaan yang mengekspor ke negara tujuan lain. Pertumbuhan itu terpantau sudah terjadi selama periode 2018-2021. 

Akan tetapi, ada bukti baru yang menunjukkan kemungkinan negara-negara mengalami keterbatasan dalam memainkan peran mereka sebagai penghubung satu arah. “Hal ini seiring diterapkannya berbagai ketentuan asal barang yang baru dan lebih ketat mengenai pembatasan impor dan ekspor,” ujar Mattoo. 

Kedua, negara-negara tetangga Cina mendapatkan manfaat dari pertumbuhannya yang kuat selama tiga dekade terakhir, akan tetapi daya dorong tersebut melemah. Padahal, Cina mengangkat negara-negara lain dengan permintaan impornya, namun permintaan tersebut tumbuh lebih lambat dari produk domestik bruto (PDB). 

“Impor Cina mengalami pertumbuhan hanya 2,8% dalam tujuh bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan hampir 6% per tahun dalam dekade sebelumnya,” ujar Mattoo. 

Ketiga, ketidakpastian global dapat berdampak negatif bagi perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Selain ketidakpastian geopolitik, ketidakpastian kebijakan ekonomi juga dapat mengurangi produksi sektor industri hingga 0,5% maupun harga saham di kawasan ini hingga 1%.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik

Bank Dunia memroyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan mencapai 4,8% pada 2024 dan melambat ke level 4,4% pada 2025. Pertumbuhan ekonomi Cina bahkan diproyeksikan menurun dari 4,8% pada tahun ini menjadi 4,3% di 2025.

Pelemahan ekonomi  Cina dipengaruhi kondisi pasar properti dan rendahnya kepercayaan konsumen maupun investor. Selain itu juga berbagai kendala struktural seperti penduduk yang menua dan tekanan global.

Pertumbuhan di bagian lain kawasan ini diperkirakan meningkat dari 4,7% pada 2024 menjadi 4,9% pada 2025. Hal itu ditopang oleh peningakatan konsumsi dalam negeri, pulihnya ekspor barang, dan kembali bergairahnya sektor pariwisata. 

Di antara negara-negara besar, hanya ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh pada 2024 dan 2025. Pertumbuhannya akan setara atau di atas tingkat pertumbuhan sebelum pandemi. Sementata itu pertumbuhan di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan berada di bawah tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.

Negara-negara kepulauan di Pasifik diperkirakan ekonominya akan tumbuh pada level 3,5% tahun ini dan menyusut jadi 3,4% pada 2025. Hal ini seiring dengan pulihnya sektor pariwisata. Sehingga pertumbuhan investasi tetap lemah di sebagian besar kawasan ini.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...