Bursa Wall Street Menguat, Investor Tetap Waspadai Ketidakpastian Pemilu AS
Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Senin (14/10), dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mencatatkan rekor tertinggi. Kenaikan ini terjadi karena para investor menanti laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar.
Indeks S&P 500 juga meningkat 0,77% ke posisi 5.859,85, sementara Dow Jones naik 201,36 poin, menutup level 43.065,22. Ini merupakan pertama kalinya kinerja bursa berada di atas angka 43.000. Nasdaq Composite juga terapresiasi 0,87%, ditutup pada 18.502,69.
Beberapa perusahaan yang mendorong kenaikan Dow antara lain McDonald's, UnitedHealth Group, dan Apple. Sementara sektor teknologi tetap menjadi yang terkuat di S&P 500.
Bank of America, Goldman Sachs, dan Johnson & Johnson akan melaporkan hasil keuangan terbaru pada hari Selasa (15/10), diikuti oleh kinerja Morgan Stanley dan United Airlines pada Rabu (16/10). Perusahaan lain seperti Walgreens Boots Alliance, Netflix, dan Procter & Gamble juga dijadwalkan merilis laporan pada Minggu ini.
Laporan keuangan perusahaan akan dirilis pekan ini menyusul JPMorgan Chase dan Wells Fargo, yang mengawali musim laporan keuangan kuartal ketiga dengan hasil positif.
Tanda-tanda awal pemulihan laba di sektor perbankan telah mendongkrak pasar secara luas ke level tertinggi sepanjang masa pada akhir pekan lalu. S&P 500 juga berhasil ditutup di atas angka 5.800 untuk pertama kalinya pada Jumat. Sementara indeks saham unggulan Dow juga mencapai level tertinggi.
Berdasarkan Bank of America, 30 perusahaan dari S&P 500 telah merilis laporan keuangan mereka, dengan rata-rata hasil yang melampaui perkiraan konsensus sebesar 5%.
Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan 3% pada kuartal sebelumnya. Namun, Bernstein memperkirakan tingkat pertumbuhan laba per saham (EPS) dari tahun ke tahun pada kuartal ini bakal jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pasar Waspadai Pemilu AS
Meski pasar mencapai level tertinggi sepanjang masa, investor tetap waspada terhadap berbagai risiko dan ketidakpastian pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang tinggal tiga Minggu lagi. Hal ini mendorong kenaikan tiba-tiba pada imbal hasil obligasi, ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed), serta tingginya risiko geopolitik di Timur Tengah.
Ahli Strategi Investasi Baird, Ross Mayfield menilai, sentimen pasar kemungkinan akan mulai berkurang. Volatilitas pasar juga kemungkinan akan meningkat lagi, terutama dalam tiga hingga empat minggu menjelang Pemilu.
Meski begitu, ia masih percaya bahwa kondisi pasar akan tetap positif dalam tiga hingga enam bulan ke depan. “Hal ini didasarkan pada harapan suku bunga yang lebih rendah, pendaratan ekonomi yang lembut, dan prospek pertumbuhan pendapatan yang positif,” kata Mayfield dikutip CNBC, Selasa (15/10).
Di samping itu, S&P 500 juga naik hampir 23% sepanjang tahun ini, belum termasuk dividen yang diinvestasikan kembali. Kenaikan pasar baru-baru ini telah berlangsung selama dua tahun dan indeks tersebut telah melonjak sekitar 63% sejak mencapai titik terendah pada Oktober 2022.
Sementara imbal hasil obligasi juga menunjukkan peningkatan, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun, yang menjadi acuan untuk berbagai pinjaman seperti hipotek dan pinjaman mobil, yang mencapai 4,1% pada Minggu lalu.