Neraca Perdagangan Surplus 53 Bulan Beruntun, Kemenkeu Puji Ketahanan Ekonomi RI

Rahayu Subekti
16 Oktober 2024, 08:26
ekonomi
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa.
Truk trailer melintas di lapangan penumpukan kontainer, Terminal Petikemas Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/5/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama 4 tahun berturut-turut dengan nilai kumulatif sebesar 157,21 miliar dolar AS sejak Mei 2020 dengan rincian komponen migas mengalami defisit sebesar 66,93 miliar dolar AS dan nonmigas surplus 224,15 miliar dolar AS.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 3,26 miliar pada September 2024. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Hingga September 2024, akumulasi surplus mencapai US$ 21,98 miliar.

Kementerian Keuangan menyebut kinerja itu menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia yang tangguh. “Konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam pernyataan tertulis, Selasa (15/10).

Surplus neraca dagang juga mencerminkan ekonomi Indonesia yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah yang menunjukkan hasil positif.  Pencapaian ini bisa menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang.

Febrio memastikan, aktivitas perdagangan Indonesia yang masih mencatatkan kinerja yang baik hingga September 2024. Hal itu menjadi sinyal yang positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun ini.

Kementerian Keuangan memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5,0% pada kuartal III 2024 di tengah tantangan ekonomi global. Untuk itu, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.

“Kami menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Febrio.

Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia

Di tengah tekanan PMI manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 pada September 2024, aktivitas ekspor Indonesia mencapai US$ 22,08 miliar dan ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas hingga 8,13% secara tahunan (yoy). Sementara  ekspor sektor migas mengalami penurunan.

Kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas, di antaranya besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan atau permata. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga September 2024 mencapai US$ 192,85 miliar.

Secara sektoral, pertumbuhan terbesar ada pada sektor pertanian 38,76% yoy, diikuti sektor pertambangan dan lainnya 9,03% yoy, dan juga sektor industri pengolahan 7,11% yoy. Lalu Cina, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi negara mitra utama dengan kontribusi ketiganya sebesar 43,57% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia.

Sementara impor mencapai US$ 18,82 miliar atau naik 8,55% yoy. Hal ini didorong kenaikan impor nonmigas hingga 16,29% yoy di tengah penurunan impor migas mencapai 24,04% yoy. Kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,44% yoy, disusul oleh impor barang konsumsi sebesar 11,30% yoy dan bahan baku penolong sebesar 5,87% yoy.

Sementara penyumbang terbesar impor nonmigas adalah komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin atau peralatan mekanis, dan mesin atau perlengkapan elektrik dengan kontribusi ketiganya sebesar 31,38% terhadap total impor nonmigas. Secara kumulatif, nilai impor Indonesia mencapai US$ 170,87 miliar dari Januari-September 2024. 

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...