BI Prediksi Rupiah Sentuh Rp 15.825 per Dolar AS pada Kuartal IV 2024

Ferrika Lukmana Sari
6 November 2024, 20:24
rupiah
ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8/2024). BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 7 persen.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah bisa menyentuh Rp 15.825 per dolar AS pada triwulan IV 2024. Dan sejauh ini, rata-rata ini tukar rupiah mencapai Rp 15.789 per dolar AS pada triwulan III 2024.

"Secara keseluruhan untuk triwulan IV 2024 di Rp 15.825. Kami berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas dari nilai tukar rupiah sebagai mandat kami,” kata Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (6/11).

Menurut Perry, nilai tukar rupiah relatif stabil di tengah gejolak global yang terus berlanjut. Hal ini sesuai dengan kebijakan moneter Bank Indonesia untuk terus melakukan intervensi di pasar.

Selain itu, bank sentral juga terus fokus untuk mengoptimalkan instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) demi menarik aliran modal asing asing, menjaga imbal hasil, mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perry juga menyoroti adanya potensi mata uang dolar AS akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi dan perang dagang berlanjut. Ditambah, keunggulan sementara Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).

Perkembangan tersebut turut berdampak terhadap negara-negara emerging market termasuk Indonesia, yang dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar, arus modal dan ketidakpastian di pasar keuangan.

Pilpres AS Bisa Berdampak ke Indonesia

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan hasil Pilpres AS akan berdampak luas terhadap emerging market atau pasar berkembang seperti Indonesia. Karena Trump menerapkan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan luar.

“Kemungkinan ini akan berdampak negatif bagi emerging market termasuk Indonesia karena dolar AS akan semakin kuat dengan kebijakan Trump yang proteksionis,” kata Rully, Rabu (6/11).

Jika Kamala Harris menang dalam Pilpres AS, terdapat risiko pemerintah AS akan terus menyerap dolar AS melalui penerbitan obligasi negara karena belanja sosial yang akan semakin tinggi.

Sementara ekonom senior Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai penguatan dolar AS terjadi karena pasar merespons hasil awal pemilu AS, dan dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang tidak terlalu agresif.

Indeks dolar AS menguat karena Donald Trump unggul atas Kamala Harris dalam perhitungan sementara. Indeks dolar AS naik ke level 104,7 pada perdagangan hari ini, naik ke level tertinggi sejak 24 Juli 2024. Hal ini menunjukkan penguatan dolar AS terhadap mata uang utama lain.

"Investor global bereaksi terhadap hasil awal pemilihan presiden AS, di mana Trump menang atas Harris. Perlombaan sebagian besar berlangsung sesuai perkiraan, dengan hasil sekarang bergantung pada tujuh negara bagian utama," ujarnya.

Menurut Reny, investor juga fokus hasil Pilpres AS karena dapat berimplikasi signifikan terhadap pengeluaran dan kebijakan pajak di masa mendatang. Kebijakan Trump akan mengontrol ketat terkait masalah tarif, perdagangan, dan imigrasi.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...