Dampak Kemenangan Trump: Rupiah Terancam Melemah hingga Impor RI Makin Tinggi

Ferrika Lukmana Sari
Oleh Ferrika Lukmana Sari - Rahayu Subekti
8 November 2024, 04:37
Trump
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.
Kapal kargo bersandar di Terminal Berlian, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/11/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2024 dibandingkan dengan triwulan III tahun 2023 tumbuh sebesar 4,95 persen (y-on-y), dan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,5 persen (q-to-q).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kemenangan Donald Trump bakal membawa dampak negatif terhadap perekonomian dan perdagangan Indonesia. Karena Trump mengedepankan kebijakan proteksionis demi melindungi industri Amerika Serikat (AS).

Melalui kebijakan ini, Trump kerap menaikan tarif impor dan menerapkan pembatasan perdagangan, yang membawa dampak signifikan pada ekonomi global, termasuk Indonesia.

Langkah-langkah ini memicu ketidakpastian di pasar global, yang melemahkan sejumlah mata uang termasuk rupiah karena investor cenderung mengalihkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman.

Protesionisme ini juga menurunkan permintaan ekspor dari negara-negara berkembang dan meningkatkan biaya impor bahan baku yang berasal dari AS, sehingga memengaruhi harga produksi dan daya saing beberapa sektor di Indonesia.

1. Menekan Nilai Tukar Rupiah

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, kemenangan Trump bisa menekan kurs rupiah. Karena kebijakan ekonomi AS yang pro-pertumbuhan dapat mendorong penguatan ekonomi AS sehingga meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Hal ini bisa berimbas pada depresiasi rupiah.

Depresiasi ini membuat impor Indonesia lebih mahal dan berisiko memicu imported inflation, atau inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga barang impor.

“Akibatnya, Bank Indonesia (BI) perlu melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah, sehingga membatasi kemampuannya untuk menurunkan suku bunga yang dapat meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen di Indonesia,” kata Josua, Kamis (7/11).

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST) yang lebih tinggi di bawah pemerintahan Trump dapat meningkatkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.

Dengan imbal hasil UST yang tinggi, pemerintah Indonesia harus membayar utang luar negeri yang lebih besar dan ini dapat mengurangi fleksibilitas fiskal Indonesia, terutama utang jatuh tempo dalam dua tahun mendatang.

2. Menghambat Aliran Modal Asing Masuk RI

Di bidang perdagangan, kebijakan proteksionis Trump terhadap Cina bisa berdampak pada Indonesia. Jika AS memperluas kebijakan tarif ke barang-barang dari Asia, Indonesia mungkin akan terpengaruh, terutama terkait daya saing produk ekspor.

“Kenaikan tarif AS dapat meningkatkan volatilitas pasar, memengaruhi sentimen investor di pasar negara berkembang dan berpotensi membatasi aliran modal masuk, meskipun prospek ekonomi Indonesia relatif positif,” ujarnya.

Kemudian dampak dari kebijakan perdagangan ini juga akan terasa pada sektor keuangan dan sentimen investor di negara berkembang. Ketidakpastian di pasar global dapat menghambat aliran modal masuk ke Indonesia, sehingga memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.

Namun, Josua memberikan catatan, ada beberapa potensi manfaat bagi Indonesia. Kebijakan Trump yang mendukung sektor energi tradisional, seperti minyak dan gas, dapat menekan harga minyak dunia. Hal ini mungkin menguntungkan Indonesia yang merupakan importir minyak.

“Namun, potensi keuntungan ini dapat diredam oleh kemungkinan revisi sanksi terhadap produsen utama Iran. Meningkatnya volatilitas pasar dan risiko hambatan perdagangan baru juga dapat berdampak pada berbagai sektor di Indonesia,” ujarnya.

Secara keseluruhan, kebijakan Trump di bidang fiskal dan perdagangan bakal membawa tantangan bagi stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu waspada terhadap fluktuasi pasar dan menjaga fleksibilitas kebijakan moneter agar dapat mengantisipasi gejolak yang mungkin terjadi.

3. Picu Perang Dagang yang Lebih Luas

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai kemenangan Trump bisa memicu perang dagang yang lebih luas. Sebab, Trump akan menerapkan kebijakan proteksionisme yang agresif.

“Seperti penerapan tarif impor yang ketat terutama dari Cina. Ini akan kembali memberikan dampak yang kompleks bagi perekonomian Indonesia,” kata Yusuf.

Yusuf khawatir kemenangan Trump akan membuat perang dagang makin memanas dan bisa berdampak luas. Kondisi ini akan mengganggu rantai pasok global dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Indonesia juga akan merasakan dampak langsung dari perlambatan ekonomi global. “Hal ini juga berdampak terhadap peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian pasar,” kata Yusuf.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyebut perang dagang AS-Cina sudah terjadi sejak pemerintahan Trump pada 2019. Konflik ini akan kembali memanas jika Trump menang dalam Pilpres AS.

Sehingga, kondisi ini perlu diwaspadai oleh negara-negara global, termasuk Indonesia. “Jika Trump yang menang, maka harus waspada jika ada kebijakan kenaikan tarif impor dari negara lain ke AS,” kata Esther.

4. Industri Tekstil Indonesia akan Terdampak

Ekonom Celios Nailul Huda melihat kemenangan Trump bakal berdampak pada ekonomi Cina. Sebab, AS memiliki hubungan buruk dengan Cina. Hal ini bisa berdampak kepada ketidakpastian ekonomi global.

“Perekonomian Cina akan semakin tertekan dan menyebabkan ekonomi negara lain juga terhambat, termasuk ekonomi Indonesia,” kata Huda.

Selama ini Trump selalu menerapkan kebijakan American First. Huda khawatir kebijakan ini dapat menghambat arus produk masuk ke pasar domestik AS.

American First adalah slogan politik yang mengutamakan kepentingan AS di atas kepentingan global. Slogan ini digunakan untuk mendukung kebijakan ekonomi, perdagangan dan diplomatik AS.

Pada akhirnya, kebijakan ini akan berdampak pada industri tekstil Indonesia. Karena perang dagang AS-Cina membuat Indonesia mendapat banyak limpahan produk impor dari Cina.

5. Dolar AS Makin Kuat dan Suku Bunga The Fed Tinggi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bahkan menyebutkan sejumlah dampak ekonomi yang akan terjadi jika Trump menang. Salah satunya akan mendorong penguatan mata uang dolar AS.

Setelahnya penguatan dolar AS akan merambat pada kebijakan suku bunga Federal Reserve atau The Fed. Suku bunga acuan Bank Sentral AS ini diprediksi akan makin tinggi dan persaingan dagang juga makin ketat.

"Tentu saja perang dagang akan berlanjut," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (6/11).

Perry mewaspadai dampaknya kemenangan Trump akan terasa di seluruh negara, terutama pasar negara berkembang alias emerging market seperti Indonesia. Kemenangan Trump juga akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar, arus modal, dan ketidakpastian di pasar keuangan.

"Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan," kata Perry.

6. Indonesia akan Kebanjiran Barang Impor Cina

Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS bisa membawa dampak buruk terhadap industri tekstil nasional. Karena kebijakan perdagangan proteksionis dari Trump membuat Indonesia dibanjiri barang impor Cina.

Kebijakan ini diterapkan melalui pengenaan tarif tinggi untuk barang-barang dari Cina, yang memicu perang dagang antar kedua negara. Akibatnya, barang-barang Cina yang sebelumnya masuk ke pasar AS kemudian dialihkan ke pasar lain, termasuk Indonesia.

Cina kemudian mencari pasar alternatif di Asia Tenggara untuk menjual produknya karena tarif ekspor ke AS makin mahal. Hal ini berakibat pada peningkatan impor dari Cina.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin memperkirakan Trump bakal menerapkan tarif impor tinggi di kisaran sebesar 10%-20%. Bahkan, AS juga makin memperketat perdagangan dengan Cina. "Bisa saja Trump menetapkan tarif impor hingga 60% untuk produk tertentu dari Cina," ujar Wijayanto.

Menurut Wijayanto, kebijakan perdagangan Trump membuat pasar ekspor Indonesia semakin menantang. Apalagi, produk impor juga akan membanjiri Indonesia.

"Pemerintah perlu memastikan produk dalam negeri terlindungi dari serangan produk impor, seperti pada impor sektor industri tekstil harus diantisipasi," kata Wijayanto.

Sebab, fenomena ini menyebabkan produk-produk lokal Indonesia sulit bersaing dengan barang impor yang lebih murah dari Cina, yang pada gilirannya berpotensi merugikan industri lokal.

Reporter: Rahayu Subekti, Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...