Rupiah Anjlok Dekati Rp 16.000 per Dolar Akibat Pilpres AS dan Konflik Ukraina

Rahayu Subekti
26 November 2024, 11:09
rupiah
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/nym.
Seorang warga menukarkan uang lusuh di mobil kas keliling di Pasar Sentral, Kota Gorontalo, Gorontalo, Kamis (21/11/2024). Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Gorontalo membuka kas keliling yang melayani penukaran uang lusuh, rusak atau tidak layak edar dan uang baru, dalam upaya memberikan layanan kas dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh uang rupiah layak edar dengan maksimal penukaran Rp3,8 juta/orang.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah makin melemah sejak Donald Trump memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Padahal kurs rupiah sempat menguat pada level Rp 15.100 per dolar AS pada September 2024.

Pada perdagangan Selasa (26/11) pukul 10.37 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,26% menjadi Rp 15.922 per dolar AS. Artinya, nilai tukar rupiah mendekati Rp 16.000 per dolar AS.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengungkapkan penyebab pelemahan rupiah karena dipengaruhi kondisi politik di AS.

“Pemilu AS memang memicu volatilitas di pasar keuangan,” kata Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, dikutip Jumat (22/11).

Berdasarkan laporan Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI November 2024, arus modal yang keluar antara pertengahan Oktober dan pertengahan November 2024, telah menyebabkan depresiasi rupiah hingga 1,38% secara bulanan.

Akibatnya, nilai tukar rupiah melemah dari Rp 15.555 per dolar AS pada pertengahan Oktober menjadi Rp 15.770 per dolar AS pada pertengahan November 2024.

Pada periode tersebut, arus modal keluar bersih mencapai US$ 1,46 miliar di pasar keuangan. Arus modal ini mencakup US$ 0,58 miliar dari pasar obligasi dan US$ 0,88 miliar dari pasar saham.

“Arus keluar ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian yang meningkat terkait Pilpres AS,” tulis laporan LPEM FEB UI.

Meski begitu, rupiah menunjukkan kinerja moderat dibandingkan dengan mata uang negara lain. Hal ini menunjukkan ketahanan yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan Rubel Rusia, Lira Turki, Real Brasil, dan Peso Argentina.

Semua mata uang tersebut mengalami depresiasi sebanyak dua digit. Nilai tukar rupiah bahkan terdepresiasi hingga 3,26% secara year to date (ytd) pada 15 November 2024,

Ekonomi RI Dipengaruhi Faktor Domestik dan Global

LPEM FEB UI menilai kondisi ekonomi pada November 2024 dipengaruhi faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, inflasi masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia yaitu 2,5% plus minus 1%. Meskipun terdapat tren deflasi yang terus-menerus pada beberapa komponen.

Sementara di tingkat global, ketidakpastian terjadi akibat Pilpres AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik global. Kondisi ini menekan arus modal dan memengaruhi stabilitas rupiah.

“Rupiah melemah ke Rp 15.770 per dolar AS pada pertengahan November seiring dengan adanya arus modal keluar yang dipicu oleh tensi geopolitik dan naiknya ketidakpastian terkait Pemilu AS,” tulis laporan LPEM FEB UI.

Investor Memilih Aset yang Aman

Setelah Pemilu AS usai, kondisi ekonomi global juga masih dipicu oleh konflik geopolitik. Saat ini tengah terjadi eskalasi perang antara Ukraina dengan Rusia.

Hal ini menyebabkan banyak investor beralih ke aset yang lebih aman dan membuat dolar AS semakin menguat di tengah kekhawatiran investor terhadap perang Ukraina-Rusia.

"Rupiah mendekati level psikologis Rp 16 ribu per dolar AS,” kata Analis Doo Financial Futures Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (21/11).

Indeks dolar AS juga terus bergerak ke level tertinggi dalam 13 bulan terakhir. Pengamat pasar uang juga melihat pergerakan investor yang lebih memilih aset aman seperti dolar AS akibat konflik Ukraina-Rusia.

“Ini memicu pasar masuk aset aman termasuk dolar AS. Kita lihat harga emas yang juga aset aman juga naik,” ujar Ariston.

Investor Pantau Arah Suku Bunga The Fed

Pelemahan rupiah pada hari ini juga dipengaruhi oleh arah suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed. Menurut Lukman, investor mengantisipasi risalah pertemuan The Fed pada malam ini.

Karena The Fed diperkirakan menyinggung pencalonan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan pilihan Trump yang cenderung memilih kebijakan ketat atau hawkish.

Lukman memperkirakan, rupiah pada hari ini bisa bergerak Rp 15.800 - Rp 15.950 per dolar AS. Yang artinya, nilai tukar rupiah pada hari ini masih berpeluang menguat maupun melemah seiring dengan perkembangan ekonomi dan politik di AS.

BI Optimalkan Seluruh Instrumen Moneter

Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan penguatan rupiah akan didukung dari komitmen bank sentral menjaga imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

“Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI November 2024, Rabu (20/11).

Hal ini didorong penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. Selain itu juga memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

BI mencatat nilai tukar rupiah hingga 19 November 2024 melemah 0,84% dari bulan sebelumnya. Perry mengatakan, pelemahan nilai tukar tersebut disebabkan oleh penguatan mata uang dolar AS secara luas.

Selain itu juga dipengaruhi berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolio mereka kembali ke AS pascahasil Pilpres AS.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...