Wall Street dan Dow Jones Anjlok karena Pasar Beralih ke Saham Teknologi

Nur Hana Putri Nabila
18 Desember 2024, 05:56
Wall Street
NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street anjlok, dengan Dow Jones Industrial Average mencatatkan penurunan beruntun selama sembilan hari pada Selasa (17/12) dan merupakan rekor terpanjang sejak tahun 1978.

Dow Jones Industrial Average, yang terdiri dari 30 saham ini turun 267,58 poin atau 0,61% menjadi 43.449,90. Kemudian S&P 500 melemah 0,39% dan ditutup di 6.050,61 dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,32% menjadi 20.109,06.

Terkoreksinya Dow secara beruntun dimulai sehari setelah mencatat penutupan di atas 45.000 untuk pertama kalinya pada awal bulan ini. Fenomena ini terjadi di tengah performa positif pasar AS secara umum.

Bahkan S&P 500 mencapai level tertinggi baru pada 6 Desember dan saat ini hanya kurang dari 1% dari level tersebut, sedangkan Nasdaq mencatat rekor baru pada Senin (16/12).

Tak hanya itu, penurunan Dow Jones sebagian besar dipicu oleh rotasi investor ke saham teknologi, meninggalkan saham tradisional yang sebelumnya menguat setelah kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.

Saham-saham tradisional mendominasi indeks Dow, berbeda dengan indeks lain yang lebih fokus pada saham teknologi. Pergeseran ini menyebabkan performa Dow tertinggal dibandingkan indeks Nasdaq dan S&P 500.

Waspadai Keputusan Suku Bunga The Fed

Anomali terlihat pada Nvidia, anggota baru Dow yang bergabung pada November, yang justru tergelincir ke wilayah koreksi meskipun sektor teknologi secara keseluruhan menguat baru-baru ini. Sementara itu, Tesla kembali naik pada hari Selasa, meskipun Broadcom turun 5%.

Kepala Strategi Pasar Global di TradeStation, David Russell, menilai Wall Street mulai merespons bahwa Trump tidak sebaik yang diperkirakan oleh sebagian pihak. 

Setelah saham melonjak usai kemenangannya, sektor finansial dan industri kini tertekan akibat potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed serta ketidakpastian perdagangan global. 

“Selain itu, sektor layanan kesehatan menghadapi risiko politik terbesar dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Russell dikutip CNBC, Rabu (18/12). 

Di samping itu, beberapa kekhawatiran yang mendorong aksi ambil untung di saham-saham nonteknologi, kini fokus pada keputusan suku bunga The Fed yang akan diumumkan pada Rabu. Berdasarkan alat Fed Watch dari CME Group, para pelaku pasar memperkirakan peluang 95% untuk pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin. 

Namun, ada kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom bahwa bank sentral AS bisa membuat kesalahan yang berisiko. Kesalahan tersebut bakal menciptakan gelembung pasar saham atau memicu inflasi lebih lanjut.

Bahkan, angka penjualan ritel pada November 2024 yang melampaui perkiraan para ekonom pada hari Selasa sehingga menambah kekhawatiran investor bahwa The Fed mungkin akan mengambil tindakan yang tidak diperlukan.

"Para pemburu kinerja saham 'Magnificent 7' sedang melakukan sprint terakhir menjelang akhir 2024, meninggalkan saham-saham S&P 500 dan membuat Dow terpinggirkan," ujar Jeff Kilburg, CEO KKM Financial. 

Magnificent 7 adalah sebutan untuk tujuh perusahaan yang sahamnya berpengaruh di pasar saham AS. Mereka adalah Alphabet (GOOG), Amazon (AMZN), Apple (AAPL), Meta Platforms (META), Microsoft (MSFT), NVIDIA (NVDA), Tesla (TSLA).
Kinerja saham-saham ini dapat menentukan apakah pasar saham AS akan naik lebih tinggi atau tidak. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan