Survei KIC: 60% Gaji Kelas Menengah Habis untuk Kebutuhan Pokok dan Cicilan


Survei yang digelar Katadata Insight Center menunjukkan, kelas menengah mengalolasikan mayoritas pendapatannya untuk kebutuhan pokok dan pembayaran cicilan. Kondisi ini dinilai mencerminkan keterbatasan ruang pada kelompok kelas menengah untuk menabung, berinvestasi, dan mengalokasikan dana pada kebutuhan lainnya.
Berdasarkan survei bertajuk "Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi", kelas menengah mengalokasikan 41% pendapatan bulanannya untuk kebutuhan pokok dan 18,1% untuk pembayaran cicilan. Kedua pos pengeluaran ini mencakup 60% dari total pendapatan bulanan mereka.
Porsi pengeluaran kelas menengah untuk kebutuhan pokok terus meningkat setiap tahunnya, terutama untuk pengeluaran makanan dan kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional, pengeluaran untuk makanan naik dari 20,22% pada 2014 menjadi 22,3% pada 2023. Pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga melonjak dari 11,4% menjadi 16,2%, sedangkan pengeluaran untuk barang tahan lama turun dari 4,8% menjadi 2,9%.
Pengeluaran kebutuhan nonprimer atau yang bersifat investasi merupakan salah satu indikasi daya beli dan kesejahteraan ekonomi. Penurunan pengeluaran kategori ini mencerminkan adanya tekanan ekonomi yang menyebabkan daya beli kelas menengah menurun.
Penurunan jumlah kelas menengah telah disertai dengan kenaikan pengeluaran kebutuhan pokok. Tingginya biaya kebutuhan pokok tampaknya membebani kelas menengah tumbuh dan bergerak naik secara ekonomi, mengingat pengeluaran nonprimer merupakan salah satu indikator penting kesejahteraan ekonomi dan mobilitas sosial.
Kondisi ini tak hanya mencerminkan keterbatasan ruang bagi kelas menengah untuk menabung, berinvestasi, atau mengalokasikan dana untuk kebutuhan lainnya, tetapi juga kerentanan terhadap guncangan ekonomi. Kelas memengah menjadi rentan terhadap inflasi atau kenaikan biaya hidup, yang dapat semakin mempersempit sisa pendapatan mereka.
Namun, temuan survei KIC menunjukkan perilaku finansial yang cukup positif pada kelompok kelas menengah. Hampir 70% responden melakukan perencanaan keuangan. Satu dari dua responden sudah memisahkan uang untuk tagihan dan keperluan sehari-hari.
Selain itu, survei menunjukkan, lebih dari 40% responden mencatat pengeluaran mereka. Kebiasaan-kebiasaan ini dinilai sebagai indikator penting dari perilaku finansial yang sehat dan menunjukkan adanya upaya yang kuat untuk menjaga keamanan finansial.
Survei dilakukan KIC Terhadap 472 responden dilakukan secara online dengan metode non-probability sampling. Populasi terdiri dari penduduk Indonesia berusia 17-59 tahun yang tersebar di 10 kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Denpasara, Makassar, Banjarmasin, dan Jayapura.
Mayoritas responden yang berpartisipasi dalam survei ini adalah laki-laki atau sebesar 60%. Sebagian besar atau 45,8% berusia antara 28 hingga 43 tahun, yang tergolong dalam generasi Milenial. Sebanyak 53% responden sudah menikah.
Selain itu, mayoritas responden atau 76,1% berasal dari kelompok pendapatan 2 juta hingga Rp 4 juta dan memiliki tingkat pendidikan setara Sarjana sebanyak 43% responden serta SMA sebanyak 40%. Mayoritas responden bekerja di sektor formal, terutama sebagai karyawan swasta sebanyak 38,1%. Adapun margin of error survei sebesar 4,6%.
Nantikan hasil lengkap survei Katadata Insight Center mengenai “Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi” pada acara Indonesia Data and Economic (IDE) Conference yang diselenggarakan di Hotel St. Regis, Selasa 18 Februari 2025.