Kenaikan Biaya Hidup jadi Penyebab Ekonomi Kelas Menengah RI Sulit Berkembang

Agustiyanti
17 Februari 2025, 18:16
kelas menengah, pendapatan kelas menengah
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU
Ilustrasi. Persentase kelas menengah di Indonesia sempat melonjak dari 17,62% pada 2014 ke puncaknya mencapai 22,49% pada 2018.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Survei Katadata Insight Center menunjukkan, kelompok kelas menengah di Indonesia sudah memiliki pengelolaan keuangan yang cenderung baik. Karena itu, kesulitan ekonomi kelas menengah untuk berkembang lebih disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kenaikan biaya hidup dan tekanan ekonomi.  

Berdasarkan survei bertajuk "Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi",  kelas menengah secara umum telah menunjukkan kebiasaan pengelolaan uang yang baik. Mayoritas dari mereka menggunakan tabungan alih-alih mencari pinjaman saat menghadapi situasi darurat. 

Kondisi ini, menurut KIC, menunjukkan bahwa kesulitan kelompok masyarakat ini untuk naik kelas tidak dapat disalahkan sepenuhnya pada perilaku finansial mereka. Faktor eksternal, seperti tekanan ekonomi, inflasi, dan kenaikan biaya hidup kemungkinan sangat berpengaruh dalam membatasi kemampuan mereka naik kelas. 

Laporan KIC juga menjabarkan data yang dihimpun dari survei sosial ekonomi nasional atau Susenas yang menuukkan perubahan-perubahan signifikan kelas menengah di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Persentase kelas menengah di Indonesia sempat melonjak dari 17,62% pada 2014 ke puncaknya mencapai 22,49% pada 2018. Namun, angka kelas menengah turun kembali menjadi 17,65% pada 2023.

Dengan demikian, persentase kelas menengah di Indonesia hampir tidak menunjukkan perubahan atau hanya naik 0,03% dalam 10 tahun terakhir. 

Menurut analisis yang dilakukan KIC dan Grant Thornton pada 2024 dalam laporannya yang berjudul Unraveling Indonesia’s Prospects pada 2024, pandemi Covid-19 bukan penyebab penurunan kelas menengah di Indonesia. Tidak ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa provinsi yang paling terdampak secara ekonomi akibat Covid-19 juga mengalami penurunan kelas menengah terbesar.

Meski pandemi  bukan penyebab utama penurunan jumlah kelas menengah Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh analisis sebelumnya, KIC menilai Covid-19 memperburuk situasi. Selain itu, KIC melihat adanya hubungan antara laju PDB per kapita dengan persentase kelas menengah di Indonesia. Terlihat adanya keterkaitan, yaitu kenaikan PDB cenderung diikuti oleh peningkatan persentase kelas menengah, begitu pula sebaliknya. 

Laporan KIC juga menekankan, porsi pengeluaran kelas menengah untuk kebutuhan pokok terus meningkat setiap tahunnya, terutama untuk pengeluaran makanan dan kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional, pengeluaran untuk makanan naik dari 20,22% pada 2014 menjadi 22,3% pada 2023. Pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga melonjak dari 11,4% menjadi 16,2%, sedangkan pengeluaran untuk barang tahan lama turun dari 4,8% menjadi 2,9%. 

Pengeluaran kebutuhan nonprimer atau yang bersifat investasi merupakan salah satu indikasi daya beli dan kesejahteraan ekonomi. Penurunan pengeluaran kategori ini mencerminkan adanya tekanan ekonomi yang menyebabkan daya beli kelas menengah menurun.

Penurunan jumlah kelas menengah telah disertai dengan kenaikan pengeluaran kebutuhan pokok. Tingginya biaya kebutuhan pokok tampaknya telah membebani kelas menengah tumbuh dan bergerak naik secara ekonomi, mengingat pengeluaran nonprimer merupakan salah satu indikator penting kesejahteraan ekonomi dan mobilitas sosial.

Karena itu, KIC menilai, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat untuk membantu mengangkat kelas menengah.

Adapun survei dilakukan KIC terhadap 472 responden dilakukan secara online dengan metode non-probability sampling. Populasi terdiri dari penduduk Indonesia berusia 17-59 tahun yang tersebar di 10 kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Denpasara, Makassar, Banjarmasin, dan Jayapura. 

Mayoritas responden yang berpartisipasi dalam survei ini adalah laki-laki atau sebesar 60%. Sebagian besar atau 45,8% berusia antara 28 hingga 43 tahun, yang tergolong dalam generasi Milenial. Sebanyak 53% responden sudah menikah.

Selain itu, mayoritas responden atau 76,1% berasal dari kelompok pendapatan 2 juta hingga Rp 4 juta  dan memiliki tingkat pendidikan setara Sarjana sebanyak 43% responden serta SMA  sebanyak 40%. Mayoritas responden bekerja di sektor formal, terutama sebagai karyawan swasta  sebanyak 38,1%. Adapun margin of error survei sebesar 4,6%. 

Nantikan hasil lengkap survei Katadata Insight Center mengenai “Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi” pada acara Indonesia Data and Economic (IDE) Conference yang diselenggarakan di Hotel St. Regis, Selasa 18 Februari 2025.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan