Wamenkeu: Penurunan Kelas Menengah Harus Diperbaiki, Tapi Ekonomi RI Masih Kuat


Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengakui jumlah kelas menengah di Indonesia susut dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kondisinya masih relatif lebih baik dibandingkan negara lain.
"Memang harus diwaspadai. Tapi resilience ekonomi Indonesia masih sangat baik, dibandingkan negara lain," ucapnya dalam acara IDE Katadata 2025: Data for Growth di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (18/2).
Sepanjang 2014-2024, jumlah kelas menengah di Indonesia turun tipis dari 17,24% menjadi 17,13% dari populasi domestik. Namun, Thomas meyakini kelas menengah di Indonesia tetap berpeluang meningkat dalam jangka panjang melalui insentif dan kebijakan yang akan digulirkan pemerintah.
Strategi pemerintah pada masa depan adalah fokus ke sisi pertumbuhan berkelanjutan dan stabilitas makro ekonomi. Di samping itu, ketahanan fiskal dan reformasi struktural, menurut Thomas, dapat mendukung perbaikan volume kelas menengah.
Pemerintah menargetkan jumlah kelas menengah mencapai 70% dari populasi domestik pada 2045. Target ini untuk mendukung visi Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita mencapai US$ 30.300. "Saya perlu ingatkan, kami mencoba melihat perbaikan kelas menengah secara jangka panjang," katanya.
Sebelumnya dalam acara itu, CEO Katadata Indonesia Metta Dharmasaputra meluncurkan Katadata Indonesia Middle Class Insight atau KIMCI. Laporan ini menunjukkan pentingnya kelas menengah dalam menentukan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 2035.
Riset itu menunjukkan, volume kelas menengah telah susut hingga 7% selama enam tahun terakhir. Masyarakat yang tadinya ada di kelas menengah kini masuk dalam kelompok rentan miskin.
Penurunan ini juga menjadi sorotan media asal Inggris, Financial Times, dalam artikelnya berjudul Indonesia's Shringking Middle Class Ratlles Businesses Betting on a Boom pada 17 Februari 2025.
"Saya kira perbaikan volume kelas menengah jadi tantangan yang cukup besar. Tentu investasi akan jadi kunci bagaimana kelas menengah bisa tumbuh jadi lebih kuat," kata Metta.
Dalam KIMCI juga tertulis, kelompok kelas menengah di Indonesia sudah memiliki pengelolaan keuangan yang cenderung baik. Kesulitan ekonomi yang dialami kelompok ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kenaikan biaya hidup dan tekanan ekonomi.
Kelas menengah secara umum telah menunjukkan kebiasaan pengelolaan uang yang baik. Mayoritas dari mereka menggunakan tabungan alih-alih mencari pinjaman saat menghadapi situasi darurat.
Kondisi ini menunjukkan kesulitan kelompok tersebut untuk naik kelas tidak dapat disalahkan sepenuhnya pada perilaku finansial mereka. Faktor eksternal, seperti tekanan ekonomi, inflasi, dan kenaikan biaya hidup kemungkinan sangat berpengaruh dalam membatasi kemampuan mereka naik kelas.