Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Ketidakpastian Tarif Impor Trump

Ringkasan
- Prabowo Subianto menargetkan penghematan anggaran sebesar Rp 750 triliun melalui tiga tahapan: penyisiran BA BUN, penghematan APBN, dan dividen BUMN.
- Pengamat Ekonomi menilai target penghematan terlalu agresif dan diragukan dapat terwujud karena asumsi yang kurang solid serta potensi menurunkan pertumbuhan ekonomi.
- Pemangkasan anggaran harus dilakukan secara selektif untuk menghindari dampak negatif pada sektor layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.

Sejumlah analis memproyeksikan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Penguatan ini didorong oleh pelemahan indeks dolar AS serta beberapa faktor ekonomi global dan domestik.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menyebut indeks dolar AS saat ini berada di bawah level 107, tepatnya bergerak di area 106,50. Pelemahan dolar AS dipicu oleh ketidakpastian kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait kenaikan tarif impor.
"Dolar AS berbalik tertekan karena ketidakjelasan Trump dalam menerapkan kenaikan tarif impor," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (21/2).
Ia menjelaskan, ketidakpastian ini terjadi akibat beberapa penundaan kebijakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko. Selain itu, pernyataan Trump mengenai kemungkinan kesepakatan dagang baru antara AS dan Cina turut memberikan sentimen positif bagi aset berisiko, termasuk rupiah.
Data ekonomi AS yang melemah juga menekan dolar AS. "Data klaim tunjangan pengangguran dan indeks manufaktur Philadelphia menunjukkan hasil lebih buruk dari perkiraan, yang turut memberikan tekanan ke dolar AS," ujar Ariston.
Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini
Ariston mengatakan rupiah sudah menguat pada pagi hari dan berpotensi menguji area Rp 16.240 per dolar AS dengan level resisten di kisaran Rp 16.350 per dolar AS.
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong juga memperkirakan penguatan rupiah setelah data klaim pengangguran dan manufaktur AS lebih lemah dari perkiraan.
Namun, Lukman mengingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif AS masih menjadi faktor yang dapat membatasi penguatan rupiah. Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.250 hingga Rp 16.350 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, juga memproyeksikan penguatan rupiah tapi secara terbatas. "Kemungkinan rupiah melanjutkan apresiasi ke level Rp 16.270 hingga Rp 16.370 per dolar AS," ujarnya.
Dampak Lelang SRBI dan SukBI
Fikri mengatakan lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sukuk Bank Indonesia (SukBI) akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Ia berharap lelang ini ramai peminat karena instrumen tersebut dapat digunakan sebagai penempatan devisa hasil ekspor, yang berpotensi mendukung penguatan rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka menguat di level Rp 16.281 per dolar AS, naik 56 poin atau 0,34% dari penutupan sebelumnya.