Rupiah Terancam Melemah Akibat Kebijakan Trump yang Menekan Ekonomi Global


Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Kenaikan indeks dolar AS pada pagi ini menjadi 106,56 dari sebelumnya 106,27 turut memperkuat tekanan terhadap mata uang rupiah.
"Pasar masih mengantisipasi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan konsekuensinya terhadap pertumbuhan ekonomi global," kata Pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Kamis (27/2).
Ia menjelaskan bahwa secara keseluruhan pasar memandang kebijakan tersebut negatif karena berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, data perumahan AS pada Februari 2025 menunjukkan pelemahan. Izin mendirikan bangunan turun dari 1,482 juta menjadi 1,473 juta, sementara penjualan rumah baru anjlok 10,5%.
Tingginya suku bunga kredit perumahan menyebabkan permintaan kredit menurun. Ariston menilai kebijakan tarif Trump dapat menghambat langkah Bank Sentral AS untuk menurunkan suku bunga acuan, yang semakin menambah beban konsumen.
"Rupiah mungkin masih melemah hari ini terhadap dolar AS ke arah Rp 16.400 hingga Rp 16.430 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 16.300 per dolar AS," ujarnya.
Rupiah Akan Kembali Melemah
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.412 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB, turun 31,50 poin atau 0,19% dari penutupan sebelumnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana juga memproyeksikan pelemahan rupiah akibat sentimen sell off yang masih berlanjut di pasar keuangan Indonesia.
"Rupiah akan bergerak di level Rp 16.300 hingga Rp 16.480 per dolar AS," kata Fikri.
Adapun sentimen sell off terjadi ketika investor asing menarik dana dari pasar keuangan Indonesia. Faktor utamanya adalah kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi, aliran modal asing keluar, dan ketidakpastian geopolitik global.
Senada dengan itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi pelemahan terbatas terhadap dolar AS yang menguat.
Namun, investor cenderung wait and see menjelang rilis data produk domestik bruto (PDB) AS malam ini. "Rupiah akan berada pada level Rp 16.300 hingga Rp 16.400 per dolar AS," ujar Lukman.