Pertumbuhan Ekonomi RI Pernah Tembus 8% di 5 Tahun Era Soeharto, Apa Pemicunya?


Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 8% pada 2029 atau tahun terakhir pemerintahannya. Berdasarkan sejarahnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah menembus 8% pada lima tahun yang berbeda di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Target pertumbuhan ekonomi Prabowo tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2024-2029 yang diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025.
Berdasarkan skenario yang dirancang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,3% pada tahun ini. Target pertumbuhan ekonomi akan naik menjadi 6,3% pada 2026, 7,5% pada 2027, 7,7% pada 2028 dan mencapai 8% pada 2029.
“Berdasarkan target atau sasaran bcsar pembangunan selama lima tahun ke depan, maka kebijakan ekonomi makro akan didukung kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural yang adaptif,” demikian tertulis dalam Perpres itu.
Pertumbuhan Ekonomi RI Pernah Tembus 8%
Pemerintah dalam lampiran Perpres RPJMN menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah menembus 8% pada lima tahun yang berbeda di era pemerintahan Presiden Soeharto, yakni pada 1968, 1973, 1977, 1980, dan 1995. Faktor pendongkraknya pun beragam, dua tahun di antaranya didorong kenaikan harga minyak.
Tahun 1968
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 10,9% pada 1968, tertinggi dalam setengah dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi saat itu didorong oleh keterbukaan Indonesia terhadap investor asing, penyedehanaan prosedur perdagangan luar negeri, dan pengendalian inflasi.
Tahun 1973
Pertumbuhan ekonomi mencapai 8,1% yang dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia secara drastis atau oil bloom.
Tahun 1977
Pertumbuhan ekonomi mencapai 8,8% yang dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia secara drastis dan subtitusi impor
Tahun 1980
Pertumbuhan ekonomi mencapai 9,9% didorong oleh diversifikasi ekspor nonmigas dengan kayu sebagai komoditas utama dan program swasembada pangan. Selain itu, ada faktor deregulasi perbankan, keuangan, dan perdagangan yang memberikan kemudahan bagi investor asing.
Tahun 1995
Pertumbuhan ekonomi mencapai 8,2% didorong oleh kebangkitan industri manufaktur, otomotif, dan jasa, serta masuknya investasi asing langsung.