Prabowo Tak Patok Nilai Tukar Rupiah dalam RPJMN, Begini Arah Kebijakannya


Presiden Prabowo Subianto telah menentukan arah kebijakan pengelolaan nilai tukar rupiah selama masa pemerintahannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2025-2029. Namun, Prabowo tak mematok angka kurs rupiah yang ingin dicapai selama pemerintahannya.
Dalam dokumen RPJMN 2025-2029 yang tertuang dalam Peraturan Presiden atau Perpres Nomor 12 Tahun 2025, hanya dituliskan kebijakan moneter jangka menengah diarahkan untuk menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah.
“Kebijakan nilai tukar diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, berdaya tahan terhadap gejolak global, serta tetap kondusif untuk mendorong daya saing ekspor dan menarik investasi portofolio asing,” tulis beleid tersebut dikutip Senin (10/3).
Prabowo memastikan kebijakan pengendalian nilai tukar rupiah akan dilakukan melalui tiga cara. Pertama yaitu pengendalian inflasi harga impor. Kedua, intervensi di pasar spot maupun forward sesuai kebutuhan.
Ketiga, pengelolaan kecukupan cadangan devisa. Hal ini dilakukan melalui pengelolaan lalu lintas devisa sesuai dengan kaidah internasional untuk mendukung stabilitas eksternal yang didukung oleh sinergi kebijakan sektor riil dan keuangan.
Kebijakan nilai tukar rupiah sangat penting saat ini di tengah kebijakan tarif perdagangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mempengaruhi pergerakan rupiah belakangan ini.
Level Rupiah Masih Jauh dari Target APBN 2025
Adapun pemerintah memator kurs rupiah dalam asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di level Rp 16.000 per dolar AS. Namun, nilai tukar rupiah saat ini masih jauh dari target dalam asumsi makro tersebut.
Pada akhir pekan lalu, rupiah berada di level Rp 16.299 per dolar AS bahkan sebelumnya sempat melemah di kisaran Rp 16.400 per dolar AS pada awal 2025.
Bank Indonesia melihat nilai tukar rupiah mulai menguat sejak awal Maret 2025. Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Triwahyono mengatakan, rupiah menguat terhadap dolar AS dibanding negara lain yang setara pada sepanjang bulan ini atau secara month to date.
“Ini artinya secara fundamental kita bagus. Tinggal kondisinya saja kondusif atau tidak,” kata Triwahyono dalam acara Taklimat Media BI, Kamis (6/3).
Triwahyono menjelaskan, faktor yang paling menyebabkan pergerakan rupiah ini yaitu kebijakan Trump. Hal ini bermula dari pengetatan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan Cina yang akan diterapkan pada Maret 2025 namun diundur.
Selain itu, ada pula faktor asesmen dari JP Morgan yang merupakan lembaga keuangan global menaikan rating saham-saham bank besar di Indonesia dari semula neutral menjadi overwight. Triwahyono mengatakan hal ini berhasil mempengaruhi nilai tukar rupiah yang menguat terhadap dolar AS.