Risiko Fiskal Bikin Saham Tidak Menarik, Obligasi Jadi Pilihan

Rahayu Subekti
18 Maret 2025, 16:45
saham, risiko fiskal
Katadata/Fauza Syahputra
Ilustrasi.

Ringkasan

  • Banjir di awal Maret melanda sebagian Jabodetabek, khususnya Bekasi, dengan ketinggian air mencapai lantai dua rumah warga. Erna, warga Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, menjadi salah satu korban terdampak banjir.
  • Kerusakan hutan di DAS Ciliwung, Cisadane, dan Kali Bekasi mencapai 2.300 hektare akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan permukiman. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai daerah resapan air dan memperparah banjir.
  • Pembangunan masif di wilayah hilir, seperti Sentul dan Cikeas, memperburuk banjir di Bekasi karena melewati batas *floodplain*. Penyusutan RTH di Jakarta dan Bekasi juga meningkatkan risiko banjir.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan atau trading halt pada pukul 11.19 WIB setelah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG anjlok hingga 5,02%. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menilai terdapat beragam kondisi ekonomi yang menyebabkan penuruunan saham tersebut. 

“Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia,” kata Maximilianus, Selasa (18/3). 

Dia menjelaskan, kenaikan risiko fiskal membuat banyak pelaku pasar dan investor memutuskan untuk beralih ke investasi lain, yakni aset yang lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. 

“Sehingga saham menjadi tidak menarik dan mungkin obligasi menjadi piihan setelah saham,” ujar Maximilianus. 

Ia menambahkan, berapa kondisi ekonomi yang mempengaruhi investor yaitu tensi geopolitik hingga pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa. Kekhawatiran akan resesi di Amerika juga terus mengalami kenaikkan.

Dampak dari Kinerja APBN yang Buruk

Maximilianus mengungkapkan, kondisi ekonomi domestik juga memberikan pengaruh bagi investor. Penerimaan negara yang turun hingga 30% mengakibatkan defisit APBN melebar. 

“Kondisi defisit ini membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja rupiah kian semakin melemah,” ujar Maximilianus

Menurutnya, kondisi ini akan berdampak kepada kebijakan Bank Indonesia. Ia mengatakan, ada kemungkinan suku bunga acuan Bank Indonesia akan lebih sulit untuk mengalami penurunan.

Situasi Pasar Modal Lampu Kuning

Senada, Direktur Center of Economic dan Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mengungkapkan situasi pasar modal Indonesia saauni masuk lampu kuning. Bhima mengatakan ada flight to quality dari pasar saham ke surat utang.

“IHSG terlemah se Asia. Ini anomali disaat sebagian besar indeks saham Asia hijau,” kata Bhima.

Bhima menyebut, koreksi pasar saham yang tajam tidak terlepas dari sentimen investor terhadap kombinasi faktor kinerja fiskal yang memburuk. Hal ini karena asanya RUU TNI, skeptisme terhadap tata kelola Danantara, dan daya beli masyarakat turun terkonfirmasi oleh impor barang konsumsi jelang Ramadan minus 21,05%.  

“Untuk sentimen hari ini tidak terlepas dari polemik revisi UU TNI berakibat sentimen negatif juga di market. Ada risiko TNI masuk jabatan sipil menurunkan daya saing ekonomi Indonesia, memperbesar konflik kepentingan dan celah korupsi,” ujar Bhima. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...