Sri Mulyani Buka Suara soal Rumor Mundur dari Posisi Menkeu

Ringkasan
- Banjir di awal Maret melanda sebagian Jabodetabek, khususnya Bekasi, dengan ketinggian air mencapai lantai dua rumah warga. Erna, warga Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi, menjadi salah satu korban terdampak banjir.
- Kerusakan hutan di DAS Ciliwung, Cisadane, dan Kali Bekasi mencapai 2.300 hektare akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan permukiman. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai daerah resapan air dan memperparah banjir.
- Pembangunan masif di wilayah hilir, seperti Sentul dan Cikeas, memperburuk banjir di Bekasi karena melewati batas *floodplain*. Penyusutan RTH di Jakarta dan Bekasi juga meningkatkan risiko banjir.

Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal rumor mundurnya dia dari posisi menteri keuangan. Rumor ini beredar di tengah anjloknya pasar saham pada hari ini, Selasa (18/3).
"Saya tegaskan, saya ada di sini dan tidak mundur," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (18/3).
Sri Mulyani mengatakan, terus mengelola APBN dan menjaga keuangan negara bersama tim Kementerian Keuangan. "Kami ada di sini, bertanggung jawab, terus menjaga keuangan negara sebagai instrumen yang luar biasa penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan seperti yang sudah disampaikan Presiden Prabowo," kata dia.
Pernyataan ini disampaikan Sri Mulyani untuk menegaskan rumor yang beredar terkait kepastian posisinya di Kementerian Keuangan. Rumor mundurnya Sri Mulyani beredar sejak beberapa hari lalu dan diduga menjadi salah satu penyebab jebloknya Indeks Harga Saham Gabungan.
IHSG sempat anjlok hingga 7% ke level 6.011, sebelum berakhir ditutup turun 3,84% di level 6.223.
Bursa Efek Indonesia pun menghentikan sementara perdagangan atau trading halt pada pukul 11.19 WIB usai IHSG anjlok 5%.
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai, ada sejumlah sentimen yang membuat kondisi IHSG memburuk. Salah satunya, kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada awal 2025.
“Ini akibat hasil APBN Februari 2025 yang buruk dan outlook fiskal yang berat di 2025,” kata Wijayanto, Selasa (18/3).
Tak hanya itu, Wijayanto mengatakan kondisi ekonomi juga diperburuk dengan kebijakan yang diambil pemerintah. “Kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas,” ujar Wijayanto.
Menurut dia, belakangan juga beredar banyaknya kasus korupsi besar yang berdampak buruk kepada kepercayaan investor. Belum lagi revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang berpotensi menimbulkan gejolak politik.
Kondisi ini pada akhirnya juga berdampak kepada pasar. “Spekulan bermain memanfaatkan psikologi pasar yang khawatir,” kata Wijayanto.
Kementerian Keuangan mencatat, defisit APBN pada Februari 2025 sebesar Rp 31,2 triliun. Pendapatan negara baru mencapai Rp 316,9 triliun, sedangkan belanja negara mencapai Rp 348,1 triliun dalam dua bulan pertama tahun ini.
Kondisi Ekonomi Lebih Buruk
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis Economic Experts Survey kemarin. Dalam hasil survei tersebut terungkap mayoritas para pakar ekonomi menilai kondisi ekonomi saat ini tampak lebih buruk.
“Mayoritas ahli, yaitu 23 dari 42 atau 55%, setuju kondisi ekonomi saat ini memburuk dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu,” tulis laporan LPEM UI.
Tujuh ahli bahkan menganggap situasi ini jauh lebih buruk. Sementara 11 ahli menganggapnya stagnan dan hanya satu ahli yang melihatnya lebih baik.
“Dengan interval kepercayaan rata-rata sebesar 7,71 poin, hasil survei ini menunjukkan pandangan yang umumnya pesimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia,” tulis hasil survei.
Sebagian besar pakar dalam survei tersebut juga meyakini tekanan inflasi tidak berubah. Bahkan jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Sekitar sembilan dari 42 pakar menilai tekanan inflasi meningkat. Sementara hanya dua pakar lainnya menganggapnya inflasi jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya.