Moody's hingga Fitch Peringatkan Risiko yang Mengintai Danantara

Ringkasan
- Bank Mega Syariah optimistis mencatatkan kinerja positif pada 2024 dengan fokus pada bisnis segmen retail yang memiliki potensi pasar besar karena tren gaya hidup halal.
- Perusahaan menggenjot dana pihak ketiga melalui program Berkah Berlimpah Mega Syariah dan fokus pada Tabungan Haji yang mendukung masyarakat dalam merencanakan ibadah haji dengan setoran awal ringan.
- Bank Mega Syariah juga menggarap pembiayaan konsumer dan business banking dengan menghadirkan produk-produk seperti Flexi Home, Flexi Sejahtera, dan Flexi Mitra, serta menargetkan penerbitan 500.000 Syariah Card dalam lima tahun.

Lembaga pemeringkat utang global Fitch Ratings dan Moody's memberikan peringatan terkait risiko dari pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias Danantara. Lembaga Dana Kekayaan Negara ini mengumumkan struktur organisasi secara lengkap pada hari ini, Senin (24/3).
Beberapa tokoh global masuk dalam jajaran pengurus Danantara, di antaranya konglomerat pendiri Hedge Fund Bridgewater Associates Ray Dalio hingga mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Jajaran pengurus Danantara juga diisi oleh orang-orang top di lingkungan perbankan dan manajer investasi.
"Untuk mendapatkan orang-orang yang terpilih kompetensinya, track record jelas ini tidak mudah. Alhamdulilah untuk meyakinkan mereka bergabung bersama kami dengan seleksi yang ketat, dibantu head hunter dalam dan luar negeri," kata Rosan dalam Meet The Team Danantara Indonesia, Senin (24/3).
Namun di balik tim yang terlihat mumpuni, ada sejumlah risiko mengintai Danantara berdasarkan peringatan sejumlah lembaga peringkat utang dan bank investasi global.
Fitch Ratings: Strategi Investasi Belum Jelas
Lembaga pemeringkat utang ini menilai, strategi investasi Danantara belum jelas. Menurut Laporan Fitch, pinjaman melalui Danantara atau BUMN di bawahnya dapat meningkatkan risiko liabilitas bersyarat pada neraca pemerintah.
Fitch mengingatkan, pembiayaan dari Danantara untuk membangun sejumlah proyek nasional dapat meningkatan risiko liabilitas bersyarat yang akan dialami neraca keuangan negara. “Utang bruto perusahaan publik nonkeuangan menyumbang sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024,” demikian tertulis dalam laporan Fitch.
Moody's: Berisiko ke Prospek Fiskal
Lembaga pemeringkat utang global, Moodys juga memperingatkan risiko potensial Danantara terhadap prospek fiskal karena kurangnya kejelasan dalam operasi dan tata kelola.
Mengutip Bloomberg, Moody;s juga menilai, mekanisme peninjauan proyek dan proses pengambilan keputusan yang tidak jelas ditambah dengan dewan yang mencakup sejumlah individu dengan hubungan politik dan bisnis dapat menimbulkan persepsi bahwa keputusan investasi yang diambil lebih mengutamakan faktor politik dari pada ekonomi.
Lembaga ini juga menilai, pemotongan anggaran pemerintah dalam proyek infrastruktur juga dapat mengurangi produktivitas ekonomi secara keseluruhan dan membenani pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah jika tidak diimbangi investasi yang lebih baik oleh Danantara.
Namun, Moody's juga melihat potensi dampak positif dari terbentuknya Danantara, yakni dapat meningkatkan efisiensi perusahaan milik negara. Danantara juga diharapkan dapat menarik lebih banyak modal asing.