Kebijakan Tarif Trump Ancam Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Merosot di Bawah 5%

Rahayu Subekti
10 April 2025, 16:16
pertumbuhan ekonomi, tarif trump, tarif impor
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa merosot di bawah 5%. Kondisi ini terjadi akibat kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap puluhan negara..

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan sejak memasuki kuartal kedua 2025, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami koreksi yang lebih tajam. “Proyeksi ini menjadi cermin dari ketidakmampuan kebijakan domestik dalam beradaptasi cepat terhadap guncangan eksternal,” kata Hidayat, Kamis (10/4).

Perkembangan global yang tidak menguntungkan Indonesia, menurut Hidayat, dapat membuat angka-angka target pemerintah sekadar ilusi. "Proyeksi yang lebih jujur dan kritis, menurut kami, pertumbuhan negara ini di kisaran 4,2% hingga 4,5%," katanya.

Bahkan angka itu dapat lebih rendah lagi apabila respon kebijakan pemerintah tetap pasif. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara alias APBN 2025, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2%. 

Proyeksi Bank Dunia, RI tahun ini dapat tumbuh 5,1% dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan di angka 4,9%.

Kebijakan Trump akan Mengguncang Ekonomi RI Lebih Dalam

Hidayat mengatakan, gejolak ekonomi akibat kebijakan tarif Trump memang tidak eksklusif terhadap Indonesia. Negara-negara Asia seperti Cina, India, dan Vietnam juga akan terguncang.

“Namun, prediksi sementara menunjukkan kontraksi ekonomi di Indonesia bisa lebih dalam 1%-1,5% dibandingkan proyeksi awal, menjadikannya salah satu negara dengan koreksi pertumbuhan terbesar di Asia Tenggara,” ucap Hidayat.

Hal itu disebabkan ketergantungan tinggi Indonesia terhadap ekspor komoditas dan barang manufaktur berbiaya rendah, serta lemahnya permintaan domestik akibat inflasi yang tak terkendali. Berbeda dengan Cina yang sudah lama mempersiapkan pasar baru, selain AS, dalam perdagangan Internasionalnya.

Hidayat menyebut, Tiongkok masih memiliki ketahanan berkat pasar domestik yang kuat dan intervensi fiskal serta moneter besar-besaran. Lalu, India mampu mengkompensasi tekanan eksternal dengan kebijakan subsidi energi langsung.

“Sedangkan Indonesia masih terpaku pada cara-cara lama, seperti bansos dan subsidi konvensional, yang sayangnya belum cukup efektif menjawab tekanan structural,” kata Hidayat.

Pemerintah Harus Lakukan Apa?

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan ekonomi RI akan tumbuh di bawah 5% pada tahun ini. Kisaran pertumbuhan ekonomi RI akan tergantung kebijakan Trump dan respons kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Jika Trump menerapkan Trump Reciprocal Tariff atau TRT sesuai rencana, kemungkinan akan tumbuh di kisaran 4,5-4,8%, jika ternyata lebih lunak kemungkinan pertumbuhan akan di level 4,6-4,9%,” kata Wijayanto kepada Katadata.co.id, Kamis (10/4).

Dengan kondisi ini, pemerintah harus melakukan antisipasi dengan membuka pasar ekspor baru. Langkah lainnya adalah pemberian stimulus bagi peningkatan utilisasi sektor manufaktur.

Tak hanya itu, Wijayanto mengatakan rekalibrasi program besar jangka panjang dan merelokasi sumber daya kepada program jangka pendek yang berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja dan daya beli masyarakat perlu dilakukan.

Terakhir, pemerintah perlu menjalankan dengan baik ebijakan baru terkait devisa hasil ekspor yang 100% harus ditampung di dalam negeri. “Ini untuk memperkuat cadangan devisa guna menstabilkan rupiah,” ujar Wijayanto.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan