Sri Mulyani Melihat Ada Peluang Baru di Tengah Penundaan Tarif Impor Trump


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut baik keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menunda pengenaan tarif impor baru. Trump memberikan jeda hingga 90 hari untuk menerapkan tarif perdagangan tinggi ke puluhan negara, kecuali Cina.
Sri Mulyani mengatakan penundaan itu memberikan waktu untuk membahas solusi dalam menghadapi dampak kebijakan tersebut. Bendahara Negara ini mengatakan Indonesia akan menggunakan jeda tersebut untuk menghasilkan kerangka kerja sama yang saling dihormati oleh negara-negara lain.
Selain itu, pemerintah akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk meningkatkan ketahanan kawasan Asia Tenggara.
"Kami terus bersikap sangat hati-hati. Pengeluaran harus dibuat lebih efisien, tepat sasaran, dan efektif dalam mendukung pertumbuhan di sisi moneter," katanya di sela-sela pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN di Malaysia, dikutip dari Reuters, Kamis (10/4).
Sri Mulyani berpendapat keputusan Trump bisa memberikan kesempatan untuk mengurangi atau menghindari risiko penurunan pertumbuhan ekonomi. Tarif impor baru untuk produk Indonesia ke AS sebesar 32% diproyeksikan dapat mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi.
"Situasi terkini diperkirakan, sebelum ditunda, dapat mengurangi potensi pertumbuhan kita antara 0,3% dari PDB hingga 0,5%," ujar Sri Mulyani.
Padahal pemerintah sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang mencapai 5,03%. Presiden Prabowo Subianto bahkan berambisi mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
Perempuan yang kerap disapa Ani itu mengungkapkan Indonesia tengah mengupayakan kuota impor AS lebih tinggi, pemotongan pajak, dan proses impor yang lebih mudah untuk menghindari tarif tinggi dari AS.
Kerangka Kerja Sama ASEAN Harus Konkret
Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi menilai pernyataan Sri Mulyani dalam menyikapi kebijakan penundaan tarif Trump merupakan langkah diplomasi strategis.
“Di tengah tekanan tarif sepihak dari AS, Indonesia tidak hanya merespons secara bilateral, tetapi juga memilih membangun solidaritas regional sebagai upaya memperkuat posisi tawar kolektif,” kata Syafruddin.
Syafruddin mengatakan kerangka kerja sama ASEAN harus diwujudkan dalam agenda konkret. Misalnya, melalui penguatan rantai pasok regional, harmonisasi standar industri, dan perluasan pasar intra-Asia Tenggara agar tidak berhenti pada retorika diplomatik.
Dalam konteks game theory, Syafruddin menyebut strategi ini merupakan langkah membentuk koalisi negara berkembang untuk menyeimbangkan kekuatan negara adidaya yang makin agresif. Jika dijalankan secara konsisten, Indonesia bukan hanya memperkuat daya tahan nasional, tetapi juga ikut memimpin transformasi ASEAN menjadi kekuatan ekonomi yang lebih mandiri, tangguh, dan dihormati dalam arsitektur global.