XI Jinping Gaungkan Kekeluargaan Asia untuk Lawan Intimidasi Tarif Trump


Presiden Cina Xi Jinping mengusung gagasan “keluarga Asia” dan menyerukan persatuan regional selama lawatannya ke Asia Tenggara di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
Xi mendarat di Phnom Penh pada Kamis (17/4), memulai perjalanan terakhir dari lawatannya ke tiga negara, saat pemerintahan Donald Trump bersiap untuk mencari kerja sama mitra dagang dalam mengepung Beijing.
Pemimpin Cina itu juga menekankan, solidaritas antara negara Asia saat pidatonya pada jamuan makan malam kenegaraan di Malaysia. sehari sebelumnya. Cina dan Malaysia menandatangani sejumlah kesepakatan luas sebagai tanda makin dalamnya hubungan ekonomi.
“Cina dan Malaysia akan berdiri bersama negara-negara di kawasan ini untuk memerangi arus bawah konfrontasi geopolitik dan berbasis blok. Bersama-sama kita akan menjaga prospek cerah keluarga Asia kita,” kata Xi di Putrajaya, Malaysia, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (17/4).
Dorongan diplomatik ini diperkuat oleh pernyataan bersama yang dirilis Kamis (17/4), di mana Tiongkok dan Malaysia sepakat untuk meningkatkan kolaborasi di bidang industri, rantai pasokan, data, dan bakat. Mereka berkomitmen untuk melaksanakan Program Lima Tahun untuk Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan serta membangun komunitas strategis Malaysia-Tiongkok tingkat tinggi.
Dalam sindiran terselubung lainnya terhadap AS, pemimpin Cina itu menegaskan kembali seruannya untuk melawan unilateralisme dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Kamis (17/4) di media Kamboja menjelang kedatangannya di ibu kota.
“Bersama-sama kita harus melawan hegemonisme, politik kekuasaan,” kata Xi.
Komentar Xi muncul saat Beijing menghadapi perang dagang yang memanas dengan AS. Bloomberg News melaporkan bahwa Washington sedang bersiap untuk meminta negara-negara lain untuk membatasi kekuatan manufaktur China, termasuk mengenakan apa yang disebut tarif sekunder pada barang-barang China, sebagai imbalan atas konsesi tarif.
Cina maupun AS tampaknya bersikukuh mempertahankan pendirian mereka. Trump menaikkan pungutan atas barang-barang Cina hingga sebesar 145% dan Beijing membalas dengan tarif sekitar 125% atas impor AS.
Xi menjadikan Asia Tenggara sebagai tujuan perjalanan luar negeri pertamanya tahun ini, berupaya mencegah negara-negara di kawasan membuat kesepakatan dengan AS yang merugikan negaranya.
Meskipun mendapat penangguhan selama 90 hari, ancaman Trump berupa kenaikan tarif yang drastis telah memaksa banyak pemerintah di ASEAN untuk berjalan di garis yang semakin tipis antara kedua kekuatan tersebut.
Dalam sebuah unjuk keberhasilan diplomatik awal Xi, Kementerian Luar Negeri CIna menerbitkan pernyataan yang menunjukkan bahwa mereka mendapat dukungan penuh dari Malaysia. Perdana Menteri Anwar Ibrahim memuji Xi sebagai pemimpin luar biasa dan menyatakan penentangannya terhadap kemerdekaan Taiwan, negara demokrasi yang memerintah sendiri dan diklaim oleh Beijing.
Anwar juga mengatakan bahwa negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara tidak akan mendukung tarif perdagangan sepihak apa pun, Malaysia saat ini memegang jabatan keketuaan ASEAN.
Tur regional Xi dimulai di Vietnam pada Senin (14/4). Para pemimpin Vietnam memberikan sambutan hangat kepada Xi dan menandatangani 45 kesepakatan untuk memperdalam hubungan ekonomi.
Hanoi merilis pernyataan bersama yang menyatakan bahwa kedua pihak menentang unilateralisme dan tindakan apa pun yang membahayakan perdamaian dan stabilitas regional, sebagian besar sesuai dengan bahasa yang digunakan di masa lalu.