Apa Dampaknya jika Rupiah Terus Melemah Gara-gara Perang Dagang AS-Cina?

Rahayu Subekti
18 April 2025, 16:12
Rupiah, kurs, dolar
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perang dagang antara Amerika Serikat dan AS yang memanas berpotensi terus menekan rupiah. Dalam riset terbarunya, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengungkapkan sejumlah dampak yang terjadi jika rupiah terus melemah karena kebijakan tarif tinggi Presiden AS.

Research Associate Professor CORE Indonesia, Sahara mengatakan, tekanan terhadap rupiah terlihat jelas dalam sebulan terakhir. “Pada 28 Maret 2025, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.572 per dolar AS, sempat menguat tipis ke Rp 16.560 pada 1 April, namun kemudian melemah tajam hingga menyentuh level Rp 17.199 per dolar AS pada 7 April,” kata Sahara dikutip dari riset terbaru CORE, Jumat (18/4).

Ia menjelaskan, fluktuasi signifikan ini mencerminkan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Selain itu juga sentimen negatif terhadap prospek ekonomi negara berkembang.

“Jika tren depresiasi rupiah terus berlanjut, tekanan inflasi dari sisi harga barang impor akan semakin tinggi,” ujar Sahara.

Arah Kebijakan BI Bisa Berubah

Dalam skenario ini, Sahara menyebut, Bank Indonesia berpotensi mengubah arah kebijakannya. Menurutnya, arah kebijakan BI dari semula pro-growth dapat menjadi lebih fokus pada stabilisasi harga dan nilai tukar.

“Meskipun kebijakan ini penting untuk menjaga kepercayaan pasar, langkah tersebut dapat memperlambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Terutama di tengah upaya pemerintah mendorong investasi dan konsumsi,” kata Sahara.

Tekanan dari sisi fiskal juga pada akhirnya tidak bisa dihindari. Sahara menjelaskan, menurunnya ekspor dan aktivitas manufaktur bisa berdampak langsung terhadap penerimaan negara dari pajak ekspor, pajak pertambahan nilai atau PPN, pajak penghasilan badan atau PPh badan.

Beban Pembayaran Utang dan Memperluas Defisit

Ia juga menjelaskan, depresiasi rupiah dpaat menyebabkan meningkatnya beban pembayaran utang luar negeri pemerintah. Utang luar negeri ini didenominasikan dalam dolar AS. 

Di sisi lain, menurut Sahara, tekanan inflasi dari barang impor mendorong kebutuhan untuk memperbesar alokasi belanja sosial dan subsidi, khususnya dalam menjaga daya beli masyarakat.

“Kondisi ini memaksa pemerintah melakukan realokasi anggaran atau bahkan memperluas defisit,” kata Sahara.

Menurutnya, hal tersebut dapat membuat ruang fiskal untuk mendanai program pembangunan dan pemulihan ekonomi jangka menengah menjadi semakin sempit.

Rupiah Bisa Tembus Rp 17.000 per Dolar AS 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Eko Listiyanto juga mewanti-wanti kondisi pelemahan rupiah saat ini di tengah kondisi ketidakpastian global.

“Harus hati-hati, kalau nggak ini memang sudah banyak memprediksikan rupiah bisa tembus Rp 17.000 per dolar AS,” kata Eko dalam diskusi public Indef, Kamis (17/4).

Menurut Eko, penundaan tarif perdagangan tinggi selama 10 hari oleh Trump akan menimbulkan dinamika baru. Untuk itu, Eko mengatakan pengelolaan nilai tukar rupiah harus secara hati-hati.

Jika dibandingkan dengan Cina, India, Malaysia, Thailand, dan Singapura maka pelemahan rupiah terjadi lebih dalam dalam setahun terakhir. “Dalam setahun terakhir, rupiah kita itu sudah turun sekitar 8%,” ujar Eko. 

Eko menilai, Gambaran ini menunjukan rupiah relatif lebih rentan. Khususnya jika dibandingkan dengan beberapa mata uang negara lain.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan