IMF Ramal Ekonomi Global Lebih Suram Gara-gara Perang Dagang AS-Cina


Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Tiongkok, dan sebagian besar negara seiring dampak tarif AS yang kini mencapai titik tertinggi dalam satu dekade terakhir. Proyeksi ekonomi global secara keseluruhan pada tahun ini dipangkas 0,5% menjadi 2,8%, sedangkan pada tahun depan sebesar 0,3% menjadi 3%.
IMF merilis pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia yang disusun hanya dalam 10 hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif universal pada hampir semua mitra dagang dan tarif yang lebih tinggi terhadap sejumlah negara, yang kini sedang ditangguhkan.
Menurut lembaga ini, inflasi global diperkirakan akan menurun lebih lambat dari proyeksi sebelumnya yang dibuat pada awal tahun ini. Dampak tarif diperkirakan akan mendorong inflasi mencapai 4,3% pada 2025 dan 3,6% pada 2026, dengan prospek inflasi yang lebih tinggi di AS dan sejumlah negaa maju.
IMF menyebut laporan ini sebagai "prakiraan referensi" berdasarkan perkembangan hingga 4 April, dengan melihat kompleksitas dan fluiditas ekstrem dari momen saat ini.
"Kita memasuki era baru karena sistem ekonomi global yang telah beroperasi selama 80 tahun terakhir sedang diatur ulang," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas kepada wartawan pada Selasa (22/4) waktu Washington, seperti dikutip dari Reuters.
IMF mengatakan, eskalasi ketegangan perdagangan yang cepat dan "tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi" tentang kebijakan masa depan akan berdampak signifikan pada aktivitas ekonomi global.
"Ini cukup signifikan dan berdampak pada semua wilayah di dunia. Kita melihat pertumbuhan yang lebih rendah di AS, pertumbuhan yang lebih rendah di kawasan euro, pertumbuhan yang lebih rendah di Tiongkok, pertumbuhan yang lebih rendah di bagian lain dunia," kata Gourinchas kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Ketidakpastian akan bertambah jika terjadi eskalasi ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara lain,, yang akan menciptakan volatilitas pasar keuangan danmemperketat kondisi keuangan. Efek gabungan itu semakin menurunkan prospek pertumbuhan global.
"Prospek pertumbuhan yang lebih lemah telah menurunkan permintaan dolar, tetapi penyesuaian di pasar mata uang dan penyeimbangan portofolio yang terlihat hingga saat ini telah teratur," katanya.
IMF pun tak khawatir kondisi saat ini akan merobohkan ketaganan sistem moneter internasional. "Diperlukan sesuatu yang jauh lebih besar dari ini."
Namun, prospek pertumbuhan jangka menengah tetap biasa-biasa saja, dengan perkiraan lima tahun tertahan di angka 3,2%, di bawah rata-rata historis sebesar 3,7% dari tahun 2000-2019, tanpa ada tanda-tanda perbaikan tanpa adanya reformasi struktural yang signifikan.
IMF memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan perdagangan global sebesar 1,5 poin persentase menjadi 1,7%, setengah dari pertumbuhan yang terlihat pada 2024. Tarif yang meningkat tajam antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan mengakibatkan perdagangan bilateral yang jauh lebih rendah antara dua ekonomi terbesar di dunia.
"Itu membebani pertumbuhan perdagangan global," , kata Gourinchas.
Menurut dia,pPerdagangan akan terus berlanjut, tetapi akan lebih mahal dan kurang efisien karena, kebingungan dan ketidakpastian tentang di mana harus berinvestasi dan di mana harus mendapatkan produk dan komponen.