Rupiah Diprediksi Menguat, Didorong Negoisasi AS dan Dana Asing Masuk ke RI
Sejumlah analis memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (25/4). Sentimen positif datang dari negosiasi dagang AS dengan sejumlah negara dan kembalinya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana memproyeksikan rupiah bergerak menguat di kisaran Rp 16.780 hingga Rp 16.890 per dolar AS. "Salah satu pendorong adalah perkembangan dari negosiasi dagang AS, termasuk dengan Indonesia,"ujar Fikri kepada Katadata.co.id, Jumat (25/4).
Selain itu, ia menyoroti kondisi pasar obligasi global atau fixed income yang mulai stabil. Sebelumnya, pasar global sempat mengalami sell-off, yaitu aksi jual besar-besaran atas obligasi akibat kekhawatiran suku bunga tinggi atau ketidakpastian ekonomi. Namun saat ini tekanan itu mulai mereda.
Ia juga menyebut pelaksanaan lelang SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) pada hari ini bisa mendorong masuknya capital inflow, yakni arus dana dari luar negeri yang masuk ke pasar keuangan domestik yang akan memperkuat nilai tukar rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat pukul 09.09 WIB, rupiah dibuka melemah di level Rp 16.814 per dolar AS, melemah 58.50 poin atau 0,35% dari penutupan sebelumnya.
Waspadai Sentimen Perang Tarif
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong juga melihat ruang penguatan rupiah meskipun terbatas. "Rupiah akan berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat, didukung oleh membaiknya sentimen di pasar ekuitas," katanya.
Namun, ia mengingatkan investor tetap berhati-hati dengan ketidakpastian seputar perang tarif antara AS dan mitra dagangnya, terutama karena kebijakan yang berubah-ubah dari Presiden Donald Trump.
Di sisi domestik, sentimen turut membaik seiring kembalinya investor asing dengan mencatatkan net buy baik di pasar saham maupun obligasi negara (SBN). Lukman memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 16.750 hingga Rp 16.850 per dolar AS.
Risiko Pelemahan Masih Ada
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ariston Tjendra melihat risiko pelemahan rupiah masih cukup tinggi, terutama jika dolar AS kembali menguat secara global. Ia memperkirakan rupiah bisa melemah ke level Rp 16.900, dengan support di kisaran Rp 16.850 per dolar AS.
“Rupiah kemarin tidak menguat, padahal sebagian mata uang regional menguat terhadap dolar AS. Ini mengindikasikan tekanan terhadap rupiah masih tinggi,” kata Ariston.
Ia menjelaskan, data klaim tunjangan pengangguran AS memang sesuai ekspektasi, tapi tidak cukup menekan penguatan dolar. Selain itu, sikap Trump yang lebih lunak terhadap Cina justru mendorong penguatan dolar AS.
"Pasar memperkirakan konsumsi di AS akan terdorong jika tarif impor tidak terlalu tinggi. Hal ini penting karena AS sangat bergantung pada barang impor," katanya.
