Gencatan Senjata Perang Dagang Dimulai, RI Disebut Perlu Lakukan Ini


Kesepakatan bersejarah antara Amerika Serikat dan Cina berhasil dicapai pada Senin (12/5) di Jenewa yang menjadi titik balik perang dagang. Kedua negara setuju untuk menurunkan tarif secara signifikan.
Duta Besar Indonesia untuk Cina Djauhari Oratmangun mengatakan hal itu sebagai gencatan senjata perdagangan. Karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga hubungan baik dengan kedua negara adidaya tersebut.
“Perdagangan kita dengan Cina telah mencapai US$ 147,8 miliar, jauh lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai US$ 37 miliar maupun seluruh Eropa Barat senilai US$ 27 miliar,” kata Djauhari dalam diskusi Kagama berjudul Trump Effect: Bagaimana Indonesia Mendulang Peluang di Tengah Perang Dagang? yang digelar di Gedung RRI, Jakarta, Rabu (14/5).
Ia menyebut dunia tengah bergerak menuju konfigurasi kekuatan baru yang bisa menjadi tripolar atau tetap bipolar. Dalam konteks ini, peran Indonesia semakin relevan, terutama melalui strategi diplomasi aktif termasuk hubungan erat antara Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping.
“Diplomasi Indonesia telah menunjukkan arah yang strategis di tengah ketidakpastian global,” ujar Djauhari.
AS-Cina Pangkas Tarif Perdagangan
AS sepakat menurunkan tarif terhadap produk tas asal Tiongkok dari 145% menjadi 30%. Sedangkan Cina mengurangi tarif atas sejumlah produk asal Amerika dari 125% menjadi hanya 10%.
Djauhari menilai kesepakatan ini sebagai hasil dari negosiasi yang sangat terstruktur dengan keterlibatan langsung tokoh-tokoh penting dari kedua belah pihak. “Dari sisi Tiongkok, perundingan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri dan melibatkan para ahli perdagangan internasional serta keuangan global,” katanya.
Cina secara strategis menurunkan tarif pada sektor pertanian yang dianggap sebagai sektor vital bagi basis pemilih Presiden Donald Trump. Menurut dia, hal ini menjadi pukulan politik yang sangat diperhitungkan dan bisa berdampak langsung pada dukungan domestik terhadap Trump.
Djauhari menyampaikan pertumbuhan ekonomi Cina pada kuartal IV 2024 mencapai 5,4% yang melampaui ekspektasi analis. Target pertumbuhan ekonomi Cina pada 2024 juga disesuaikan menjadi 5%.
“Ini sangat mencerminkan ketahanan ekonomi Tiongkok di tengah tantangan global pascapandemi,” ujar Djauhari.