Modal Negatif, KFC akan Minta Suntikan Modal ke Grup Salim dan Gelael


Emiten pengelola restoran KFC di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk akan meminta tambahan modal sebesar Rp 80 miliar kepada dua induk usahanya, PT Gelael Pratama dan anak usaha milik Grup Salim PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET). Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki posisi keuangan perseroan yang mencatatkan modal negatif.
Adapun penambahan modal emiten berkode saham FAST ini akan dilakukan melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (16/5), manajemen FAST menjelaskan, kedua pemegang saham dianggap memiliki kapasitas keuangan yang memadai serta rekam jejak positif. Keduanya dinilai mampu memberikan dukungan cepat terhadap kondisi keuangan FAST.
Adapun sebelum melaksanakan private placement, FAST akan terlebih dahulu meminta persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini, Jumat (16/5).
FAST rencananya akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 533,33 juta saham baru seharga Rp 150 per saham sehingga dapat mengumpulkan dana sebesar Rp 80 miliar.
“Saham baru akan memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal termasuk hak atas dividen dengan saham perseroan lainnya,” kata manajemen.
Meski ada penambahan modal, manajemen memastikan tidak ada perubahan pengendalian atas perseroan setelah PMTHMETD ini dilakukan.
Alasan Private Placement
Manajemen FAST menjelaskan, pelaksanaan private placement ini dilakukan untuk memperbaiki posisi keuangan. FAST mencatatkan modal kerja bersih negatif dan mempunyai liabilitas melebihi 80% dari aset.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian perseroan dan entitas anaknya pada 31 Desember 2024, modal kerja bersih FAST negatif Rp 1,67 miliar. Angka ini disebabkan tingginya nilai liabilitas jangka pendek yang terdiri dari utang bank, utang usaha, dan utang lain-lain.
Adapun dana hasil private placement akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja dan mendukung perkembangan FAST di masa mendatang. Sebanyak Rp 52 miliar akan digunakan untuk pembelian persediaan dan pembayaran beberapa kewajiban lancar, serta Rp 28 miliar untuk biaya operasional efisiensi karyawan.
FAST mengatakan tidak terdapat perubahan pengendalian dalam setelah rencana private placement dilaksanakan.
Lewat aksi private placement ini, kepemilikan saham PT Gelael Pratama pada FAST akan naik dari 40% menjadi 41,18%, sedangkan kepemilikan PT Indoritel Makmur International Tbk naik dari 35,84% menjadi 37,51%.
Di sisi lain, pemilik lain yang tidak ikut berpartisipasi akan mengalami delusi sebesar 11,79%. Dengan demikian, komposisi saham publik berubah dari 16,18% menjadi 14,27%.
Saham FAST anjlok 6,94% ke level 161 pada perdagangan kemarin (15/6). Sepanjang tahun ini, saham emiten ayam goreng ini telah anjlok 44,86% meski naik 1,9% dalam sebulan terakhir.