Daftar Anggaran Militer AS sejak Perang Dunia I, Berkorelasi Dongkrak Ekonomi?
Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak anggaran untuk militernya jika dibandingkan dengan negara lain. Mengutip Investopedia, Selasa (24/6), jika melihat laporan pengeluaran Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), anggaran militer AS pada 2023 mencapai hampir 40% dari total pengeluaran militer di seluruh dunia.
Jika disesuaikan dengan kurs dolar pada 2024, AS menghabiskan sekitar US$ 5,74 triliun untuk Perang Dunia II saja. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan anggaran yang dihabiskan pada Perang Dunia I, Perang Korea, Perang Vietnam, serta Perak Irak dan Afghanistan.
Pengeluaran militer AS diperkirakan akan meningkat hingga 10% selama dekade berikutnya. Saat ini, kongres menyetujui dan menandatangani anggaran baru Departemen Pertahanan AS untuk menjadi Undang-undang pada tahun fiskal 2024 yang mencakup pendanaan sebesar US$ 841,4 miliar untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat, Korps Marinir, Garda Nasional, dan lainnya.
Menurut proyeksi Congressional Budget Office (CBO), pengeluaran militer AS akan mencapai US$ 922 miliar pada 2038. Hampir 70% dari peningkatan tersebut akan digunakan untuk operasi dan pemeliharaan personel militer.
Tingkat pengeluaran militer ini memiliki dampak nasional dan global serta mempengaruhi ekonomi dunia.
Anggaran Perang Dunia I (1917 - 1918) US$ 466,91 Miliar
AS menghabiskan biaya Perang Dunia I sekitar US$ 466,91 miliar berdasarkan kurs dolar 2024. Ketika Perang Dunia I dimulai pada 1914, negara ini sedang mengalami resesi namun ekonomi mulai pulih dan berkembang pesat setelah permintaan Eropa terhadap barang-barang AS meningkat selama perang.
Hal itu semakin meningkat ketika AS memasuki Perang Dunia I pada 1917. Akibatnya, terjadi peningkatan besar dalam pengeluaran federal karena peralihan ekonomi dari masa damai ke produksi masa perang.
Saat memasuki perang, AS juga menciptakan lapangan kerja manufaktur baru dan membuka lebih banyak lapangan kerja di angkatan kerja, karena banyak pemuda yang direkrut menjadi militer. Pemerintah juga mendanai perang dengan menaikkan pajak dan menjual obligasi Liberty kepada warga Amerika yang kemudian dibayar kembali nilai obligasi beserta bunga.
Pendanaan Perang Dunia I meningkatkan utang nasionalnya menjadi lebih dari US$ 25 miliar pada akhir perang. Namun, AS berhasil muncul sebagai negara dengan kekuatan ekonomi dunia dari Perang Dunia I.
Menjelang 1920-an, utang nasional AS menurun, pemerintah memiliki surplus anggaran, dan laba pasar saham meningkat. Efeknya bertahan hingga ekonomi jatuh pada 1929 dan menjadi awal dari depresi besar.
Anggaran Perang Dunia II (1941 - 1945): US$ 5,74 Triliun
AS menghabiskan hampir US$ 6 triliun untuk Perang Dunia II berdasarkan kurs dolar AS pada 2024. Pengeluaran untuk Perang Dunia II ini mencapai 35,8% dari produk domestik bruto atau PDB nasional.
Pengeluaran pemerintah federal untuk Perang Dunia II belum pernah terjadi sebelumnya. AS mengalami pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang paling signifikan antara 1941 dan 1945 yang sebagian besar didorong oleh pengeluaran pemerintah untuk Perang Dunia II.
Pemerintah mendanai Perang Dunia II terutama dengan menaikkan pajak dan mengambil utang. Utang pemerintah tumbuh menjadi lebih dari US$ 258 miliar pada akhir Perang Dunia II.
Tarif pajak juga meningkat tajam yang mengakibatkan bahkan keluarga miskin harus membayar pajak. Tarif pajak rata-rata untuk pendapatan teratas juga naik hingga 90%.
Produksi masa perang juga meningkat pesat selama masa ini dengan lebih dari 36% dari PDB yang hanya digunakan untuk memproduksi barang-barang perang. Selama periode itu, AS memproduksi 17 juta senapan dan pistol, lebih dari 80 ribu tank, 41 miliar butir amunisi, 4 juta peluru artileri, 75 ribu kapal, dan sekitar 300 ribu pesawat.
Namun, dengan begitu banyak sumber daya yang digunakan untuk produksi perang, menjadi lebih sulit bagi masyarakat di AS. Khususnya untuk membeli barang-barang rumah tangga seperti mesin cuci, setrika, pemanas air, dan makanan.
Anggaran Perang Korea (1950 - 1953): US$ 476,69 Miliar
AS menghabiskan sekitar US$ 476,69 miliar untuk Perang Korea berdasarkan kurs dolar AS pada 2024. AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bergabung pada tahun 1950 untuk mendukung Korea Selatan dalam bentrokan antara demokrasi versus komunisme.
Anggaran Perang Vietnam (1962-1973): US$ 1,03 Triliun
AS menghabiskan sekitar US$ 1 triliun untuk Perang Vietnam antara 1962 hingga 1973. Operasi militer untuk Perang Vietnam meningkat lebih lambat daripada Perang Dunia II dan Perang Korea dengan pengerahan pasukan dimulai pada 1965.
Namun, AS telah memberikan bantuan dan pelatihan militer ke Vietnam Selatan sejak 1954. Hal itu dilakukan ketika Vietnam terpecah menjadi Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan yang demokratis.
AS mendanai upaya perang terutama dengan menaikkan pajak dan memajukan kebijakan moneter ekspansif. Pada akhirnya kebijakan ini menyebabkan inflasi tinggi pada pertengahan tahun 70-an.
Pendanaan perang melalui peningkatan pajak dan kebijakan moneter ekspansif meninggalkan dampak yang bertahan lama pada perekonomian. Hal itu memicu inflasi dan menyebabkan pasar mandek yang akhirnya berubah menjadi stagflasi.
Anggaran Perang Afghanistan dan Irak (2001 - 2021): US$ 3,68 Triliun
AS menghabiskan hingga US$ 3,68 triliun berdasarkan kurs dolar AS pada 2024 untuk Perang Afghanistan dan Irak selama dua dekade. Pengeluaran militer mencapai rekor tertinggi di bawah Presiden George W Bush.
Bush kala itu melancarkan perang di Afghanistan dan perang melawan terorisme sebagai respons atas serangan 11 September 2001 dan Perang Irak pada 2003.
Perang Afghanistan dan Irak dimulai dalam kondisi ekonomi yang lemah akibat resesi sejak 2001 hingga 2002 setelah Gelembung Dotcom meletus. Kala itu menjadi pertama kalinya dalam sejarah AS memotong pajak selama perang dan kedua perang ini sepenuhnya didanai oleh anggaran yang defisit.
Pemerintah menggunakan kebijakan moneter ekspansif yang mencakup suku bunga rendah dan lebih sedikit regulasi perbankan untuk merangsang ekonomi. Tetapi, kebijakan ini tidak berkelanjutan dalam jangka panjang bagi keuangan pemerintah AS.
Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga pada 2006 dan 2007 sebelum resesi hebat pada 2008. Pengeluaran militer untuk operasi di Timur Tengah mencapai puncaknya pada hampir US$ 964,4 miliar pada 2010.
Perang Irak berakhir pada 2011 di bawah Presiden Barack Obama. Sedangkan Perang Afghanistan berakhir pada tahun 2021 di bawah Presiden Joe Biden.
