Bansos hingga Sederet Diskon dari Prabowo Dongkrak Ekonomi RI Melesat 5,12%

Rahayu Subekti
5 Agustus 2025, 12:45
ekonomi
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/nz
Petugas memotret warga penerima bantuan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (24/2/2025). Pemerintah mulai menyalurkan bansos (PKH) tahap pertama tahun 2025 kepada 10.375 keluarga penerima manfaat (KPM) se-Kota Pekalongan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal II 2025. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 5,05%.

Namun secara kuartalan, ekonomi justru mengalami perlambatan. Bila dibandingkan dengan kuartal I 2025 yang tumbuh 4,87%, pertumbuhan pada kuartal II hanya mencapai 4,04%.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan bahwa pertumbuhan tahunan yang menguat ini ditopang oleh sejumlah faktor, mulai dari program stimulus pemerintahan Prabowo Subianto hingga kebijakan moneter yang akomodatif.

“Kebijakan terkait paket stimulus untuk menjaga daya beli, seperti diskon transportasi, penebalan bansos, dan subsidi upah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan,” kata Edy dalam konferensi pers, Selasa (5/8).

Selain itu, faktor stabilitas moneter juga turut menopang kinerja ekonomi. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50%, sehingga mendukung iklim konsumsi dan investasi.

“Kebijakan pengendalian inflasi juga berpengaruh. Inflasi pada Juni 2025 tercatat hanya 1,87% secara tahunan,” ujar Edy.

Konsumsi Masyarakat Jadi Penopang Utama

Lebih lanjut, Edy menekankan bahwa kekuatan konsumsi domestik tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025.

“Hal tersebut diindikasikan, di antaranya, oleh indeks penjualan eceran riil dan nilai impor barang konsumsi yang terus tumbuh secara tahunan,” katanya.

Indeks penjualan eceran riil tumbuh sebesar 1,19% secara tahunan. Impor barang konsumsi juga mengalami kenaikan sebesar 7,60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Aktivitas konsumsi masyarakat tercermin dari peningkatan nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit yang tumbuh 6,26% secara tahunan. Selain itu, transaksi online, e-retail, dan marketplace juga naik 7,55% secara kuartalan.

Peningkatan mobilitas masyarakat turut memperkuat konsumsi, terutama saat momentum hari besar dan libur sekolah.

“Ini diindikasikan oleh peningkatan jumlah penumpang angkutan rel dan angkutan laut,” ujar Edy.

Daya Beli Lemah dan Risiko Global Jadi Penghambat

Meski mencatat pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi, sejumlah ekonom menilai perekonomian Indonesia masih dibayangi tantangan struktural dan eksternal.

“Perekonomian kita saat ini masih menghadapi tekanan dari penurunan daya beli dan risiko disrupsi perdagangan global yang makin memburuk,” kata Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.

Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 hanya akan mencapai 4,8% secara tahunan. Sementara untuk keseluruhan tahun, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 4,75%.

Senada dengan itu, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia juga memperkirakan tren perlambatan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan melambat ke kisaran 4,7% hingga 4,8%, dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87%.

Sepanjang 2025, CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,6%-4,8%, jauh dari target pemerintah di atas 5%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...