BI Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga 2 Kali, Soroti Dampak Tarif Trump ke Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai kebijakan moneter sejumlah bank sentral dunia kini cenderung akomodatif. Ia memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) masih membuka ruang pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025.
“Kami perkirakan Fed Funds Rate di semester II ini akan menurun dua kali. Masing-masing 25 basis poin,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Agustus 2025, Rabu (20/8).
Perry meyakini peluang pemangkasan suku bunga The Fed juga semakin tinggi. Hal ini sebagai dampak dari kondisi pertumbuhan ekonomi global.
Tarif Trump Tekan Ekonomi Global
Menurut Perry, pelemahan ekonomi global dipicu oleh meluasnya kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Sejak 7 Agustus 2025, cakupan tarif tersebut bertambah dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan beban tarif pada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
“Implementasi tarif resiprokal AS menimbulkan risiko semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Perry.
Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, yakni hanya di kisaran 3,0%. Tekanan ini diperkirakan masih berlanjut hingga 2026.
Secara khusus, Perry menyebut prospek ekonomi AS akan lebih rendah sejalan dengan pelemahan permintaan domestik. Di India, dampak tarif yang lebih tinggi menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur.
Sebaliknya, ekonomi Eropa, Jepang, dan Cina diproyeksikan lebih baik. Hal ini didorong oleh kesepakatan tarif yang lebih rendah serta dukungan belanja fiskal.
Perry menambahkan, kecenderungan pertumbuhan global yang melambat dan inflasi yang menurun mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter yang lebih akomodatif, dengan pengecualian Jepang.
