Penjualan Kendaraan Komersial Turun, Isuzu Tetap Yakin Capai Target 25 Ribu Unit
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) memproyeksikan pasar kendaraan niaga pada kuartal terakhir 2025 akan membaik. Pemegang 28% pangsa pasar kendaraan komersial nasional ini tetap mempertahankan target penjualan 25.000 unit pada tahun ini.
Communication Management Department Head Isuzu Astra Puti Annisa Moeloek mengatakan total penjualan kendaraan komersial pada Januari–Agustus 2025 tercatat 52.247 unit, turun 10,77% dibanding periode sama tahun lalu. Dari jumlah itu, pangsa pasar Isuzu mencapai 28,4% atau sekitar 14.800 unit.
“Kami belum tahu apakah akan ada lonjakan penjualan pada akhir tahun ini, namun kami belum mengubah target penjualan kami sejumlah 25.000 unit pada tahun ini. Selain itu, kami masih menargetkan menguasai pangsa pasar hingga 30%,” kata Puti kepada Katadata.co.id, Selasa (23/9).
Ia menilai salah satu pendorong penjualan pada akhir tahun ini adalah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,75% pada Rabu (17/9). “Hal tersebut penting karena 95% pembelian kendaraan komersial di dalam negeri menggunakan Kredit Kendaraan Bermotor atau KKB,” katanya.
Tidak Terganggu Truk Cina
Puti juga menegaskan target pasar Isuzu tahun ini tidak terpengaruh dengan maraknya truk asal Cina di dalam negeri. Menurutnya, truk asal Negeri Panda umumnya digunakan di industri pertambangan, sementara Isuzu membidik segmen logistik dan general transportation.
“Penjualan kami ke industri pertambangan tidak terlalu dominan. Penjualan kami kebanyakan ke industri logistik dan general transportation,” ujarnya.
Ia menekankan peningkatan penjualan Isuzu pada paruh kedua 2025 akan sangat bergantung pada performa sektor transportasi dan logistik. “Kalau perekonomian di industri transportasi dan logistik bergerak, hal tersebut pasti akan berefek ke penjualan kami,” ucapnya.
Persaingan Tidak Sehat
Sebelumnya, Sales and Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Aji Jaya mengungkapkan serbuan truk Cina impor ilegal telah meresahkan pabrikan resmi di dalam negeri. Pasalnya, para produsen kendaraan niaga yang beroperasi di Indonesia sudah menanamkan investasi besar, sekaligus harus memenuhi berbagai regulasi pemerintah.
“Sektor mining kendalanya tidak hanya soal permintaan, tetapi juga saingannya saya bilang mungkin tidak sehat. Tadi itu ada brand-brand yang datang tak sesuai prosedur,” kata Aji di Jakarta Timur.
Menurut Aji, produk truk impor ilegal asal Cina juga tidak diwajibkan memenuhi sertifikasi standar Euro 4, berbeda dengan Mitsubishi Fuso dan produsen resmi lain.
“Regulasi pemerintah padahal telah menetapkan kendaraan bermesin diesel harus standar Euro 4, kita selalu ikut itu. Persaingan dalam bisnis biasa, hanya saja selama itu dilakukan fair,” katanya.
