Trump Desak Jepang dan Korsel Gelontorkan Rp 15.003 Triliun Demi Tarif Murah
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menghadapi hambatan dalam upayanya mengamankan investasi besar dari sekutu Asia. Washington meminta Korea Selatan menanamkan dana sebesar US$350 miliar dan Jepang US$550 miliar.
Jika digabung, total investasi yang diminta mencapai US$900 miliar, atau sekitar Rp 15.003 triliun dengan kurs Rp16.670 per dolar AS. Dana ini menjadi syarat produk Jepang-Korea Selatan bisa menikmati tarif bea masuk impor murah ke pasar AS.
Korea Selatan menyebut syarat yang diminta Washington tidak realistis. Sementara kandidat kuat pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang memberi sinyal kemungkinan meninjau ulang kesepakatan tersebut.
“Kami tidak bisa membayar US$350 miliar secara tunai,” ujar Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Wi Sung-lac, dalam wawancara dengan Channel A News pada Sabtu malam. “Itu secara objektif dan realistis bukan level yang bisa kami tangani. Posisi kami bukanlah taktik negosiasi.”
Trump sebelumnya menyebut komitmen investasi Korea Selatan dan Jepang bersifat dibayar di muka. Seoul pada Juli lalu menyepakati investasi US$350 miliar (setara lebih dari 80% cadangan devisanya) sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan untuk menurunkan tarif AS dari 25% menjadi 15%. Namun, kedua pihak masih berbeda pandangan soal teknis pelaksanaannya.
Perdana Menteri Korea Selatan Kim Min-seok menegaskan dalam wawancara dengan Bloomberg News pekan lalu, tanpa adanya currency swap dengan AS, investasi sebesar itu bisa menjadi beban berat bagi perekonomian nasional.
Jepang Pertimbangkan Negosiasi Ulang
Dari Jepang, muncul juga sinyal kehati-hatian terkait komitmen investasi US$550 miliar. Sanae Takaichi, kandidat kuat pemimpin LDP, menekankan bahwa Tokyo harus siap mempertimbangkan renegosiasi jika kesepakatan tidak menguntungkan Jepang.
“Kita harus berdiri teguh jika ada hal yang tidak adil dan merugikan kepentingan Jepang dalam proses pelaksanaan kesepakatan,” kata Takaichi pada Minggu. “Itu termasuk kemungkinan negosiasi ulang.”
Sementara itu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada pejabat Korea Selatan bahwa Washington lebih memilih investasi dilakukan dalam bentuk tunai ketimbang pinjaman.
Wi menyebut pemerintah sedang mencari alternatif dan berharap ada kemajuan saat pertemuan pemimpin kedua negara di KTT APEC di Gyeongju bulan depan.
Di Jepang, nota kesepahaman yang ditandatangani awal September menetapkan dana investasi US$550 miliar harus tersedia dalam 45 hari kerja setelah Trump menentukan proyek yang akan dibiayai. Dana harus dalam bentuk dolar AS dan ditempatkan di rekening yang ditunjuk Washington.
Namun, Kepala Negosiator Perdagangan Jepang Ryosei Akazawa menekankan bahwa Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI) tidak akan membiayai proyek yang tidak menguntungkan Jepang.
Ia juga menyebut mekanisme investasi ini kemungkinan hanya 1%-2% berupa investasi langsung, sementara sisanya berbentuk pinjaman dan jaminan pinjaman. LDP akan memilih pemimpin barunya pada 4 Oktober mendatang.
Sanae Takaichi dan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi menjadi dua kandidat terdepan. Pemenang pemilu internal itu akan menjadi perdana menteri baru Jepang sekaligus melanjutkan tarik ulur dengan Trump soal implementasi kesepakatan perdagangan.
