Rupiah Berpotensi Melemah Jelang Pengumuman Kebijakan Suku Bunga BI

Rahayu Subekti
22 Oktober 2025, 09:48
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.
ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.891 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.822 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan melemah terhadap dolar AS pada hari ini. Hal ini dipicu menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Oktober 2025 pada siang ini.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS oleh antisipasi investor akan pemangkasan suku bunga oleh BI,” kata Analis Doo Financial Futures Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Rabu (22/10).

Terlebih, Lukman mengatakan indeks dolar AS masih terpantau melanjutkan kenaikan. Dia memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 16.550 per dolar AS hingga Rp 16.650 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.610 per dolar AS. Level ini turun 23 poin atau 0,14% dari penutupan sebelumnya.

Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi juga memproyeksikan hal yang sama. “Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp 16.580 per dolar AS hingga Rp 16.610 per dolar AS,” kata Ibrahim.

Namun Ibrahim menyoroti kondisi global saat ini yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Ibrahim mengatakan saat ini pelaku pasar terus mencermati perkembangan seputar penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung.

“Penutupan pemerintah telah memasuki hari ke-21 tanpa tanda-tanda akan berakhir, setelah para senator gagal untuk ke-11 kalinya menyelesaikan kebuntuan dalam pemungutan suara,” ujar Ibrahim.

Terlebih, penutupan pemerintah AS kini menjadi jeda pendanaan terpanjang ketiga dalam sejarah modern.

 

 

 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...