Purbaya Tanggapi Jokowi Soal Whoosh Tak Kejar Laba: Ada Betulnya Juga Sedikit
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi pernyataan mantan presiden Jowo Widodo (Jokowi) terkait utang kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Jokowi mengatakan proyek Whoosh bertujuan untuk layanan publik berupa penyediaan transportasi umum, bukan untuk mencari laba.
“Ada betulnya juga sedikit, karena Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga, tapi bagian regional belum dikembangkan mungkin, di mana ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh dibuat agar ekonomi sekitar area tersebut tumbuh. Itu harus dikembangkan ke depan, jadi ada betulnya,” kata kata Purbaya saat ditemui usai acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa (28/10).
Isu utang proyek Whoosh kembali mencuat setelah muncul kekhawatiran soal beban yang harus ditanggung negara. Jokowi mengungkapkan alasannya membangun proyek tersebut lantaran kemacetan Jabodetabek dan Bandung yang sudah sangat parah sejak puluhan tahun lalu.
Dengan kondisi kemacetan tersebut, ia memperkirakan kerugian ekonomi bisa mencapai 100 triliun rupiah per tahun untuk mengatasi kerugian akibat kemacetan di Jabodetabek dan Bandung.
ChatGPT said:
“Prinsip dasar transportasi massal, transportasi umum itu adalah layanan publik. Ini kita juga harus mengerti, bukan mencari laba. Jadi, sekali lagi, transportasi massal, transportasi umum itu tidak diukur dari laba, diukur dari keuntungan sosial,” kata Jokowi dikutip dari Antara video, Selasa (28/10).
Jokowi juga menilai, keberhasilan proyek transportasi massal seperti MRT, LRT, dan Whoosh terlihat dari meningkatnya jumlah penumpang, menandakan perubahan perilaku masyarakat dari penggunaan kendaraan pribadi ke moda umum.
Lunasi Utang Whoosh
Sebelumnya, Purbaya menyampaikan keyakinannya bahwa Danantara mampu menyelesaikan utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tanpa dukungan langsung dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut Purbaya, proyeksi pendapatan dari operasional Whoosh mencapai Rp 1,5 triliun per tahun. Danantara yang saat ini membawahi KCIC juga memiliki kemampuan untuk menyelesaikan utang KCIC tapa bantuan pemerintah karena mengelola dividen BUMN.
“Karena Danantara terima dividen dari BUMN kan hamper Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun. Itu cukup untuk menutupi sekitar Rp 2 triliun (bunga) bayaran tahunan KCIC,” kata Purbaya di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (16/10).
Saat ini, dividen BUMN yang dikelola Danantara masih ditempatkan dalam bentuk surat utang. Namun, Purbaya menyebut CEO Danantara, Rosan Roeslani, tengah melakukan kajian teknis untuk merumuskan skema penyelesaian utang KCIC yang paling tepat.
