Kilas Inflasi Oktober 2025: Harga Emas Melesat, Tantangan Global Tetap Mengintai

Rahayu Subekti
3 November 2025, 17:00
inflasi oktober 2025, harga emas
ANTARA FOTO/Reno Esnir/sgd/tom.
Karyawan menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Antam Setiabudi One, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia inflasi pada Oktober 2025 berada di level 0,28% secara bulanan atau month to month (mtm). Sementara secara tahunan atau year on year, inflasi tercatat 2,86%.

Secara historis, setiap Oktober di 2021 hingga 2025 Indonesia selalu mengalami inflasi, kecuali pada 2022 yang mengalami deflasi. Namun, tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi pada Oktober 2021 hingga 2024.

Harga Emas Kerek Inflasi

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 3,05% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,21%. “Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21%,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/11).

Berdasarkan komponennya, inflasi Oktober 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen inti dengan andil inflasi sebesar 0,25%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi.

Rilis terbaru BPS ini menunjukkan terjadi kenaikan inflasi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Para ekonom menilai tekanan kondisi tersebut masih wajar dan sejalan dengan target Bank Indonesia.

Tekanan Global Mulai Terasa

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan Indonesia masih menghadapi tantangan kondisi ekonomi global. Kenaikan inflasi bulan lalu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor volatil, terutama fluktuasi harga komoditas global, seperti emas.

“Pergerakan harga emas sering kali merefleksikan ketidakpastian ekonomi internasional, termasuk gejolak nilai tukar dan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven,” kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Senin (3/11).

Di sisi lain, kenaikan harga bahan pangan menunjukkan masih adanya tantangan dalam rantai pasok domestik. Hal ini juga turut mempengaruhi inflasi inti.

Secara keseluruhan, Yusuf mengatakan kondisi ini menggambarkan ekonomi yang tengah menghadapi risiko ketidakstabilan harga jangka pendek. Meski begitu level inflasi ini masih berada dalam target BI yakni 2,5% plus minus 1%.

“Inflasi Oktober memang relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya pada 2025, namun belum mencapai level ekstrem seperti pada periode inflasi tinggi prapandemi,” ujar Yusuf.

Inflasi 2025 Masih di Jalur Aman

Meski ada tekanan harga, para ekonom menilai inflasi Indonesia masih berada di jalur aman. Yusuf memproyeksikan inflasi tahunan hingga akhir 2025 akan bertahan stabil di kisaran 2,0% hingga 2,5%. “Ini sejalan dengan target Bank Indonesia,” kata Yusuf.

Proyeksi ini tetap dapat bertahan selama tidak terjadi guncangan eksternal besar. Beberapa ancaman yang kemungkinan terjadi adalah kenaikan harga energi global atau gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai arah kebijakan fiskal dan moneter yang lebih mendukung pemulihan ekonomi juga berpotensi memberi dorongan inflasi dari sisi likuiditas sekitar 0,3-0,5 poin persentase. Namun, tekanan tersebut masih dapat diredam.

“Selama output gap masih negatif dan pasokan pangan serta energi terjaga, inflasi 2025 diperkirakan tetap terkendali di kisaran 2,0%-2,5% yoy,” kata Josua. Kebijakan diskon transportasi pada kuartal IV tahun ini dapat turut membantu meredam gejolak musiman.

Josua mengingatkan risiko ketidakpastian global yang masih dapat menekan nilai tukar rupiah dan memicu imported inflation. Sebaliknya, jika pasokan pangan makin lancar dan kebijakan efisiensi input pertanian seperti penurunan batas harga pupuk berjalan efektif, inflasi justru bisa lebih rendah dari perkiraan.

Dengan berbagai faktor tersebut, para ekonom menilai inflasi Indonesia pada 2025 masih berada dalam zona aman. Kombinasi kebijakan fiskal, moneter, dan stabilitas pasokan domestik akan menjadi kunci menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...