BI akan Rilis Operasi Moneter Berbasis Yuan dan Yen
Bank Indonesia berencana memperluas operasi moneter menggunakan valuta asing atau valas dengan menggunakan instrumen spot dan swap dalam mata uang yuan Cina dan Yen Jepang. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan memperdalam pasar valas domestik.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menjelaskan, pembukaan instrumen operasi moneter baru ini seiring tingginya permintaan terhadap kedua mata uang tersebut. Salah satunya seirin Local Currency Transaction (LCT) antara Indonesia dengan Cina yang terus mengalami peningkatan.
“Salam satu bulan (LCT dengan Cina) itu bisa US$ 1 miliar (setara Rp 16,73 triliun). Nah selama ini bank mungkin kesulitan untuk mencari renminbi ataupun CNY,” ujar Destry di Jakarta, Rabu (19/11).
Ia berharap perluasan instrumen operasi moneter ini bisa mengurangi tekanan dolar AS. Apalagi, BI mencatat transaksi LCT per Oktober 2025 naik 1,6 kali lipat dibandingkan periode tahun lalu.
“Peseertanya juga sekarang sudah mencapai 15.473. Padahal pada saat 2024 yang lalu itu hanya 5.053 peserta,” kata Destry.
Rupiah Masih Tertekan
Di sisi lain, Bank Indonesia juga mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih tertekan. “Nilai tukar rupiah pada 18 November 2025 tercatat sebesar Rp 16.735 per dolar AS atau melemah 0,69% dibandingkan dengan level pada akhir Oktober 2025,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Pelemahan ini sejalan dengan pergerakan mata uang regional dan mitra dagang Indonesia. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Perry mengatakan BI sudah melakukan berbagai langkah intervensi.
“Bank Indonesia menempuh langkah stabilisasi melalui intervensi di pasar spot dan pasar NDF baik di off-shore maupun on-shore (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” ujar Perry.
Peningkatan konversi valas ke rupiah oleh eksportir juga terjadi seiring penerapan penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Begitu juga dengan tambahan pasokan valas dari korporasi yang mendukung tetap terkendalinya nilai tukar rupiah.
