Penguatan Rupiah Diproyeksikan Terbatas Imbas Panasnya Hubungan Jepang dan Cina
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengaakan potensi penguatan ini muncul karen sentimen pasar yang membaik dari kekhawatiran bubble kecerdasan buatan atau AI.
Namun penguatan rupiah berpotensi terbatas karena hubungan yang memanas antara Cina dan Jepang. “Tensi kedua negara yang memanas dan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed (The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat) yang makin menurun akan membatasi penguatan,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (24/10).
Ia memperkirakan rupiah bisa berpotensi menguat ke level Rp 16.660 per dolar AS dengan batas bawah di vel Rp 16.750 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka pada level Rp 16.706 per dolar AS. Level ini melemah 10 poin atau 0,06% dari penutupan sebelumnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan hal yang sama. “Kemungkinan rupiah ada apresiasi tipis ke level Rp 16.700 per dolar AS,” kata Fikri.
Penguatan rupiah yang terbatas ini karena meningkatnya kemungkinan penurunan suku bunga acuan The Fed. Presiden Federal Reserve (The Fed) New York John Williams sebelumnya menyiratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga ketiga tahun ini.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan sepanjang pekan kemarin, rupiah diperdagangkan secara sideways. Rupiah hanya menguat 0,02% secara mingguan di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.
“Hari ini, rupiah diperkirakan berfluktuasi dalam kisaran Rp 16.675 per dolar AS hingga Rp 16.775 per dolar AS,” kata Josua.
