Memasuki Musim Hujan, Kemenkeu Waspadai Gejolak Harga Pangan

Rahayu Subekti
2 Desember 2025, 14:22
harga pangan, kemenkeu
ANTARA FOTO/ Irwansyah Putra/nz.
Pedagang melayani pembeli berbagai kebutuhan pangan di pasar tradisional Lamdingin, Banda Aceh, Aceh, Kamis (27/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah mewaspadai gejolak harga pangan memasuki musim hujan. Langkah ini dilakukan meskipun tingkat inflasi melambat pada November 2025.

“Pemerintah terus mengantisipasi terjadinya gejolak harga seiring masuknya musim hujan yang dapat berdampak pada produksi pangan,” kata Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (2/12).

Terlebih, Badan Pusat Statistik  juga memperingatkan adanya risiko gagal panen yang meningkat. Khususnya menjelang akhir 2025 akibat cuaca ekstrem.

Peningkatan potensi gagal panen ini diprediksi karena adanya banjir dan tanah longsor. Termasuk juga yang terjadi pada awal pekan lalu di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

“Risiko atau potensi gagal panen ini berpeluang meningkat menjelang akhir 2025, termasuk di bulan November dan Desember,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/12).

Pudji mengatakan cuaca ekstrem dan bencana alam juga akan berdampak kepada sektor pertanian. Karena itu, BPS melakukan perpanjangan pengamatan lapangan survei Kerangka Sampel Area alias KSA.

“Perpanjangan pengamatan lapangan KSA ini untuk wilayah yang terdampak (bencana),” kata Pudji.

Setelah itu, BPS akan menyampaikan besaran luasan potensi gagal panen November 2025 pada Januari 2026. Dalam proyeksinya, luas panen pada akhir 2025 akan menyusut dari 860 ribu hektare pada Oktober 2025 menjadi 600 ribu hektare pada November 2025. Angka ini akan terus merosot hingga Desember 2025 menjadi 440 ribu hektare.

Inflasi November 2025 Melambat

Kementerian Keuangan mengungkapkan inflasi November 2025 tercatat melambat ke level 2,72% secara tahunan atau yoy. Laju inflasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,86% yoy.

Hal ini sejalan dengan meredanya tekanan volatile food yang turun ke angka 5,48%  dari bulan sebelumnya 6,59%.

Perbaikan ini didukung oleh berbagai langkah stabilisasi harga pangan. Beberapa harga komoditas mulai menurun, seperti beras, cabai merah, dan daging ayam.

Kemenkeu menilai inflasi inti bergerak stabil pada level 2,36%. “Ini mencerminkan daya beli masyarakat yang terjaga,” ujar Febrio.

Untuk  inflasi administered price atau harga barang atau jasa yang diatur pemerintah tetap terkendali rendah. Hal ini meski sedikit meningkat menjadi 1,58% yoy dari 1,45% yoy pada bulan lalu. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...