Pertumbuhan Kredit Lesu, Pengusaha Masih Tunggu Kepastian Kebijakan Pemerintah

Rahayu Subekti
24 Desember 2025, 15:49
Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen, dikarenakan inflasi inti masih di bawah tiga persen
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen, dikarenakan inflasi inti masih di bawah tiga persen serta harga BBM jenis Pertalite yang batal dinaikkan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan pada November 2025 masih tumbuh single digit hanya 7,74% secara tahunan (yoy). Meski naik dari bulan sebelumnya yang hanya 7,36%, pertumbuhan kredit ini terindikasi belum kuat.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto optimistis pada 2026, kredit perbankan bisa tumbuh double digit. Namun ada beberapa hal yang perlu dipastikan oleh pemerintah untuk mengerek pertumbuhan kredit ini.

Hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu realisasi program-program prioritas pembangunan pemerintah. “Ini perlu dipastikan harus sudah bisa menjadi penggerak buat aktivitas ekonomi, kasih multiplier efek sehingga saya harapkan kredit bisa tumbuh sesuai dengan target BI di 8% hingga 11%,” kata Myrdal kepada Katadata.co.id, Rabu (24/12).

Sebab, Myrdal menyebut program-program prioritas pembangunan pemerintah  masih belum cepat realisasinya. Maka wajar kalau dampak multiplier efek terhadap ekonomi itu masih belum terlihat.

Terlebih, Myrdal mengatakan saat ini pelaku usaha juga masih belum mau untuk mencari kredit di tengah tingginya suku bunga perbankan. Sebab, pengusaha masih merasa potensi profitnya masih terbatas. Namun Myrdal optimistis pertumbuhan kredit perbankan pada awal 2026 mulai bergerak positif.

Kepastian yang Ditunggu Pengusaha

Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengungkapkan dalam situasi saat ini, pengusaha akan bergerak setelah melihat tiga indikator membaik secara bersamaan. Hal ini yang masih ditunggu oleh pengusaha sebelum mengambil kredit untuk ekspansi.

“Tiga indikator ini yaitu kepastian regulasi dan pajak, penurunan suku bunga kredit yang terasa di lapangan, serta pemulihan permintaan yang stabil,” kata Syafruddin.

Sebab, Syafrudin mengatakan sikap wait and see korporasi muncul karena perusahaan membaca risiko sebagai lebih besar daripada peluang jangka pendek. Hal ini terutama pada dimensi kepastian kebijakan dan stabilitas permintaan.

BI juga menekankan korporasi banyak mengoptimalkan pembiayaan internal. Hal ini berarti perusahaan memakai kas dan menahan belanja modal.

“Pengusaha menata ulang prioritas proyek untuk mengurangi ketergantungan pada kredit perbankan di tengah biaya pinjaman yang belum turun cepat,” ujar Syafruddin. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...