Agenda Industri Sawit Terapkan Komitmen Berkelanjutan

Industri sawit turut menerapkan komitmen berkelanjutan dalam menjalankan aktivitas bisnis.
Sahistya Dhanesworo
14 Maret 2023, 13:04
Foto udara kendaraan melintas di areal perkebunan sawit milik salah satu perusahaan di Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (7/11/2022). Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas areal lahan perkebunan saw
ANTARA FOTO/Makna Zaezar/hp.
Foto udara kendaraan melintas di areal perkebunan sawit milik salah satu perusahaan di Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (7/11/2022). Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas areal lahan perkebunan sawit di Indonesia pada tahun 2022 yaitu mancapai 16,38 juta hektare (ha) yang dimana sebanyak 5 persen atau sekitar 800 ribu ha milik BUMN, 53 persen atau sekitar 8,64 juta ha milik swasta dan 42 persen sekitar 6,94 juta milik rakyat.

Penerapan prinsip berkelanjutan berlaku bagi seluruh industri, tak terkecuali industri sawit. Hal ini lantaran prinsip yang memastikan keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan itu berkaitan erat dengan keberlangsungan industri dari hulu hingga hilir.

Panel Ahli Katadata Insight Center (KIC) Mulya Amri mengatakan dalam wawancara dengan Katadata (9/2/2023), perkebunan menjadi sektor penting karena sangat bergantung pada sumber daya alam dan memiliki nilai kontribusi yang tinggi bagi perekonomian nasional.

“Pengembangan sektor perkebunan dari hulu ke hilir yang menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan akan berdampak positif bagi wilayah hutan dan lahan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi,” ucap Muly.

Sepanjang tahun 2022, industri sawit membukukan sejumlah catatan positif. Mengutip pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam 18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook pada 3-4 November 2022 di Bali, Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar dunia.

“Pada 2022 kita memproduksi 45,5 juta ton CPO, terbesar di dunia,” ucap Syahrul.

Syahrul pada acara yang sama juga menyampaikan bahwa deforestasi di sektor perkebunan sawit cenderung menurun. Analisis Trase dalam laporan bertajuk “Indonesia Makes Progress Towards Zero Palm Oil Deforestation” menyebutkan bahwa deforestasi sawit turun hingga 82 persen selama satu dekade terakhir. 

Hal ini selaras dengan pernyataan CEO RSPO Joseph D’Cruz dalam wawancara bersama Katadata pada akhir tahun lalu. Mengutip kajian dari Chain Reaction Research, Joseph menyebut deforestasi sawit tidak menunjukkan peningkatan dalam tiga tahun terakhir.

Tren positif dalam penerapan praktik industri berkelanjutan di sektor sawit juga didorong dengan adanya sertifikasi perkebunan berkelanjutan baik Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) maupun Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Perusahaan perkebunan yang memiliki sertifikat ISPO maupun RSPO ini berkomitmen untuk menerapkan praktik-praktik berkelanjutan dalam proses bisnisnya.

Komitmen tersebut meliputi penerapan NDPE yakni tidak melakukan deforestasi, tidak berkebun di lahan gambut, dan tidak melakukan eksploitasi. Selain itu juga memperhatikan hak-hak pekerja, kesetaraan gender, tidak ada eksploitasi serta mendorong kesejahteraan pekerjanya.

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 44/2020 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/3030 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia memandatkan seluruh pekebun dan perusahaan perkebunan wajib memiliki ISPO pada 2025.

Signifikansi Katadata Corporate Sustainability Index

Dorongan untuk menerapkan aspek industri berkelanjutan juga semakin kuat dengan dirilisnya Roadmap Keuangan Berkelanjutan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satu poin dalam peta jalan tersebut yaitu seruan bagi perusahaan untuk merilis laporan berkelanjutan mereka.

Langkah ini kemudian diikuti Katadata Insight Center (KIC) melalui Katadata Corporate Sustainability Index (KCSI) 2022. KIC memberikan penilaian terhadap perusahaan pada 3 sektor, yakni perkebunan (plantation), tambang (mining), serta makanan dan minuman (food and beverages).

“Yang kami hitung dalam indeks adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melaporkan aktivitas bisnis berkelanjutannya,” ucap Muly.

Pada sektor perkebunan (plantation), KIC menggunakan empat sub-indeks meliputi energi dan air, emisi dan limbah, upaya lingkungan hidup dan sosial, serta sertifikasi. Masing-masing sub-index terdiri dari tiga sampai tujuh indikator.

Pada sub indeks energi dan air, indikator penilaiannya meliputi konsumsi serta efisiensi energi dan air. Pada sub indeks emisi dan limbah, indikator penilaiannya yaitu emisi GRK, pengurangan emisi, limbah padat dan cair, serta pengurangan limbah padat dan cair.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...