Saat Gas Elpiji 3 Kilogram Bersubsidi Sulit Dicari
Beberapa pekan terakhir, gas elpiji 3 kilogram bersubsidi atau yang dikenal dengan sebutan gas melon mendadak susah dicari. Masyarakat kalangan bawah mulai resah karena gas melon merupakan kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Penjual eceran di beberapa tempat menyediakan gas elpiji 3 kilogram dalam jumlah terbatas. Kalau pun tersedia, harganya melonjak hingga Rp 50.000, padahal Harga Eceran Tertinggi sebesar Rp 16.000. Masyarakat pun memburu gas melon ke pangkalan, agen penyalur hingga operasi pasar. Fenomena ini terjadi di beberapa wilayah seperti Jakarta, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.
PT Pertamina (Persero) membantah adanya kelangkaan elpiji 3 kilogram. Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan, stok harian elpiji 3 kilogram Pertamina mencapai 18,9 hari. Jumlah ini berada di atas rata-rata stok nasional yang mencapai 15 hari.
(Baca: Atasi Kelangkaan Elpiji 3 Kg, Pemerintah Siap Tambah Pasokan)
Pertamina menduga penyebab kesulitan mendapatkan elpiji subsidi 3 kg karena penggunaannya yang salah sasaran. Gas melon ini digunakan juga oleh restoran dan rumah makan, laundry, genset hingga rumah tangga mampu. Pertamina pun meminta agar masyarakat mampu tak lagi menggunakan elpiji subsidi 3 kilogram.
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Warga Depok, Jawa Barat mengejar operasi pasar Selasa (5/12), untuk mendapatkan elpiji 3 kilogram sesuai Harga Eceran Tertinggi Rp 16.000.
ANTARA FOTO/Ampelsa
Elpiji 3 kilogram bersubsidi pun sulit didapatkan di Banda Aceh, Aceh. PT Pertamina Marketing Operasional Regional I Banda Aceh, menyatakan pihaknya menambah pasokan gas elpiji sekitar 6- 7% dari kebutuhan normal sebanyak 90.200 tabung per hari selama Desember.
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Masyarakat kelas bawah yang kesulitan mendapatkan elpiji 3 kilogram karena penggunaan yang tak sesuai peruntukkan. Pertamina menemukan elpiji 3 kilogram bersubsidi digunakan rumah makan, laundry, genset, dan rumah tangga mampu.
ANTARA FOTO/Rahmad
Pekerja memeriksa tabung usai pengisian ulang gas elpiji 3 kilogram di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Kuta Kandang, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (23/11).
ANTARA FOTO/Irfan Anshori
Pertamina menyatakan ketahanan stok nasional elpiji 3 kilogram dalam kondisi aman, yaitu 18,9 hari atau di atas stok minimal 11 hari.
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Warga Bogor mengantre elpiji 3 kilogram saat operasi pasar di jalan Paledang, Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/12). Pertamina wilayah Marketing Operation III menyediakan 560 tabung gas elpiji 3 kilogram sesuai Harga Eceran Tertinggi.
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Unit Manager Communication & CSR Jawa Bagian Barat Dian Hapsari Firasati memeriksa tabung elpiji 3 kilogram di agen PT Berkah Hidmah Aulia kawasan Rawa Sari, Jakarta, Kamis (7/12)
ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Masyarakat Palu, Sulawesi Tengah, memburu elpiji 3 kilogram dalam operasi pasar pada Selasa (5/12). Pertamina menyatakan persedian di wilayah Sulawesi Tengah selama Desember 2017 sekitar 1.297.520 tabung atau naik sekitar 11% dibanding Desember tahun lalu.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Terbatasnya pasokan, membuat warga Bogor terpaksa membayar harga Rp 25.000-Rp 50.000 untuk gas elpiji 3 kilogram bersubsidi. Lewat operasi pasar yang digelar pada Selasa (5/12), warga Sukahati, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dapat membeli elpiji dengan harga Rp 16.000.
ANTARA FOTO/Jojon
Penjual minyak tanah dan gas elpiji 3 kilogram menanti pembeli di jalan MT Haryono, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (20/11). Bank Indonesia mengklaim bahwa program konversi dari minyak tanah ke elpiji 3 kg yang telah berjalan 10 tahun menghemat anggaran negara Rp 197 triliun.