Srikandi arsitek kemandirian ekonomi di Lereng Ciremai Show
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Image title
Oleh Antara
15 September 2025, 19:30

[Foto} Srikandi, Arsitek Kemandirian Ekonomi di Lereng Ceremai

Kabut menipis mulai membuka hamparan hijau perkebunan kopi di kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat. Udara basah dan aroma tanah yang tersentuh cahaya menguar tenang. Di tengah lanskap itu, kesibukan perempuan-perempuan desa mulai tampak. Apa yang mereka lalukan bukan sekadar rutinitas, melainkan ikhtiar menjaga warisan, yakni kopi.

Sebagai Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi, Titi Nuryati sedang sibuk menyiapkan bubuk kopi hasil gilingan. Kopi tersebut akan diambil oleh salah satu pelanggan yang telah memesan tiga hari sebelumnya. Usai melayani pembeli kopi, Titi mengambil buku catatan di rumah produksinya di Pondok Kopi Sekarwangi, Desa Cibeureum, Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

“Hari ini ada proses sortir dengan anak-anak (PKL), nanti agak siang ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi baru ikut kumpul, mereka beres-beres rumah dulu,” ucap Titi.

Apa yang dirintis Titi sejak beberapa tahun lalu itu kini berkembang menjadi ruang kerja bersama para perempuan desa. Dari pengolahan biji kopi skala rumahan, Titi mulai membangun jaringan, serta mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk ikut terlibat, hingga akhirnya membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi. Dia juga menjadikan Pondok Kopi Sekarwangi miliknya menjadi rumah produksi untuk anggota KWT, sehingga anggotanya bisa memproduksi kopi untuk memenuhi pesanan.

Rumah produksinya tak pernah sepi dari aktivitas, tiap hari anggota KWT silih berganti datang. Asap sangrai kadang tipis mengepul dari sudut dapur, aroma kopi menguar memenuhi ruang, tawa dan obrolan ringan para ibu menyatu dengan denting alat sangrai dan deru penggiling.

Sejak berdiri pada 2018, kelompok tersebut memberi ruang bagi ibu rumah tangga di desa Cibeureum untuk mendapatkan penghasilan sesuai peran dan kreativitas masing-masing. Menurut Titi, para perempuan KWT bertanggung jawab memastikan proses panen dan pascapanen kopi berjalan dengan standar mutu terbaik.

“Saya pikir mengolah kopi itu sederhana, ternyata kopi ini tak hanya dipetik, dijemur, digiling terus dijual,” ujar Titi.

Kelompok Wanita Tani tersebut terus mengembangkan potensi kopi dengan belajar menanam dan merawat kopi dengan baik, belajar mengolah kopi dengan kualitas yang baik hingga bagaimana cara memasarkan kopi ke pasar yang lebih luas.

Kini, permintaan kopi terus datang mulai dari pelanggan rumah tangga hingga pemilik kedai. Dalam setiap hari KWT Srikandi harus memproduksi tak kurang dari 500 kemasan kopi ukuran 23 gram dan lebih dari 100 kemasan 200 gram. Jumlah itu kadang naik turun, menyesuaikan permintaan dari berbagai kedai kopi yang kian meluas.

Dalam rentang 2021 - 2023, kopi Sekarwangi telah menembus permintaan pasar hingga ekspor ke sejumlah negara seperti Prancis, Turki, Arab Saudi, hingga Jepang. Mereka mengirimkan total 15 ton biji kopi, baik green bean maupun roasted bean.

Kopi yang diproduksi KWT Srikandi berasal dari kebun milik anggotanya, selain itu ada juga lahan yang memang disiapkan  hasil kolaborasi dengan pihak pemerintah desa setempat seluas 11 hektare. Dari lahan itu budidaya kopi yang dikelola KWT Srikandi di lereng Gunung Ciremai menghasilkan rata-rata 21 ton per musim. Dengan mayoritas merupakan varietas robusta, dengan sebagian kecil arabika yang tumbuh di ketinggian lebih tinggi.

Pada akhir tahun 2025, KWT Srikandi berencana memperluas lahan sekitar 20 hektare, perluasan lahan tersebut untuk mendorong peningkatan produksi dan memastikan setiap biji yang dihasilkan tetap berkualitas.

Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan mencatat, pada tahun 2023 luas lahan kopi di wilayah tersebut mencapai hampir 1.500 hektare, dengan total produksi sekitar 500 ton.

Jenis kopi robusta masih mendominasi, sementara arabika dan liberika hanya menempati porsi kecil. Pada 2025, pemerintah daerah merencanakan perluasan lahan hingga 100 hektare melalui program bantuan dari kementerian guna mendorong peningkatan produksi.

Para perempuan KWT Srikandi terus merawat harapan. Mereka bukan sekadar buruh tani namun mereka hadir sebagai penjaga kualitas. Mereka memastikan setiap proses berjalan dengan hati, dari kebun hingga kemasan. Di lereng Ciremai, mereka menjaga kopi seperti menjaga mimpi yang tumbuh perlahan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini