Satu Bagian Ibu Kota Nusantara Sudah Lengkap pada 2024

Gabriel Wahyu Titiyoga
11 Mei 2022, 20:31
 IKN
Katadata
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono

Program pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur terus bergulir. Proyek infrastruktur pendukung ibu kota pun digenjot. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah menggarap akses jalan tol dari Balikpapan, Kalimantan Timur, menuju ke Nusantara. "Targetnya adalah 35 menit sampai ke IKN," kata Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono.

Bambang mengatakan pengembangan Ibu Kota Nusantara akan memakan waktu panjang. Meski demikian, timnya berfokus untuk membangun wilayah inti ibu kota yang nantinya menjadi pusat pemerintahan. "Dalam satu-dua tahun ke depan bisa diwujudkan sehingga pada 2024 ada satu bagian kota sudah lengkap," kata mantan Wakil Presiden Asia Development Bank itu.

Proyek pemindahan ibu kota sebenarnya bukanlah hal baru di dunia. Sejumlah negara, seperti Brasil dan Malaysia, telah lebih dulu memindahkan ibu kotanya. Bahkan beberapa negara, antara lain Thailand, Jepang, dan Kanada telah berkali-kali memindahkan ibu kota.

Gagasan pemindahan ibu kota negara telah bergulir sejak era pemerintahan Presiden Sukarno. Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur pada 26 Agustus 2019. Wilayah seluas sekitar 256 ribu hektare di antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara dipilih sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara.

Sejumlah alasan pemindahan ibu kota antara lain karena beban Jakarta yang terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, keuangan, perdagangan, jasa, bandara dan pelabuhan terbesar di Indonesia. Ibu kota juga dipindahkan agar ada pemerataan ekonomi di luar Pulau Jawa. Selama ini, hampir 60 persen perekonomian Indonesia berputar di Jawa.

Biaya untuk membangun Nusantara diperkirakan lebih dari Rp 466 triliun. Menurut Bambang, dana pembangunan Ibu Kota Nusantara pada tahap awal akan lebih banyak mengandalkan anggaran negara. Model pendanaan ini ditargetkan berjalan hingga 2024. Selanjutnya, menurut dia, pemerintah akan membuka opsi pendanaan dari swasta, masyarakat, dan kemitraan.

Dalam wawancara daring di ajang Indonesia Data and Economic Conference yang digelar Katadata pada 5 April lalu, Bambang memaparkan konsep dan perkembangan pembangunan Nusantara. Menurutnya, Nusantara bisa menjadi model baru pembangunan kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “Nusantara dibangun untuk semua orang, merepresentasikan kebhinnekaan kita,” katanya.

Ada banyak negara yang memindahkan ibu kotanya. Menurut Anda, negara mana yang paling berhasil melakukannya?

Pengalaman berbagai negara seperti Myanmar, Malaysia, Kazakhstan, Brasil, memindahkan ibu kotanya memang beragam. Memang tidak ada yang 100 persen bagus sekali. Pasti ada catatannya, termasuk ketika ibu kota Amerika Serikat, Washington D.C., dibangun.

Yang unik dari Nusantara adalah ini menjadi ibu kota pertama yang dipindahkan dari satu pulau ke pulau lain. Kemudian 75 persen dari luas Nusantara 256 ribu hektare itu dipertahankan sebagai forest. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya dalam proyek pemindahan ibu kota lain.

Sebagai orang yang menggeluti bidang sustainable development dan climate change, menurut saya ini menjadi peluang membuat carbon-neutral city. Kita juga berpeluang meraih target sebanyak-banyaknya yang tercantum di Sustainable Development Goals (SDGs).

Jadi peluangnya tidak hanya dilihat sebagai ibu kota yang dipindahkan, memeratakan pertumbuhan ekonomi di luar Jawa dan lebih sustainable membangun bangsa, tetapi juga menjadi model baru pembangunan dengan mempertahankan 75 persen wilayah sebagai hutan.

Rujukan untuk membangun Ibu Kota Nusantara yang unik ini diambil dari mana?

Kami mengambil yang terbaik dari pengalaman yang ada dan mencoba meramunya dengan membuat konsep baru sendiri. Insyaallah kita akan sukses dan punya satu model dari sustainable liveable cities yang belum pernah dibangun sebelumnya. Ini adalah tantangan bersama untuk mewujudkan kota ini.

Kalau melihat literatur, ada tiga hal penting dalam membangun kota. Pertama secara ekonomi harus bisa kokoh. Kedua, secara lingkungan juga feasible, memasukkan faktor perubahan iklim dan bisa menjadi nature positive. Saya berharap nanti punya neraca lingkungan di awal sebagai baseline, sehingga di tahun-tahun berikutnya bisa dimonitor bagaimana biodiversity yang kita miliki.

Nusantara paling tidak menjadi carbon-neutral city. Kalau bisa malah carbon-negative karena kita punya 75 persen dari total wilayah yang bisa menjadi carbon-sink untuk menyerap emisi karbon.

Ketiga, faktor equitable dimension. Ini kota yang dibangun untuk semua. Kalau dimasukkan ke dalam kerangka SDGs, artinya no one should left behind. Jadi secara sosial, kemasyarakatan, kultural, bisa merepresentasikan kebhinekaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pembangunan juga perlu memperhatikan warga kotanya?

Kota ini harus menjadi enabler dan tempat untuk interaksi kohesi sosial warganya. Kalau mendatangi kota-kota lain, kita akan bisa merasakan kalau kota itu benar-benar ada jiwanya atau soul of the city, akan terasa kehangatannya. Tapi ada juga kota yang modern, gedungnya bagus, semua sophisticated, malah tidak terasa kehangatannya.

Kuncinya adalah tidak hanya membangun kota sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga kota yang liveable sehingga kita bisa merasakan kehangatannya. Ada interaksi antarwarga yang merepresentasikan social cohesion yang baik.

Kalau cuma membangun gedung saja lebih mudah. Tapi membangun kota juga harus memperhatikan masyarakatnya. Seperti Shakespeare bilang, "What is the city but its people."

Akses Masuk ke Ibu Kota Baru
Akses Masuk ke Ibu Kota Baru (ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)

Salah satu konsep yang akan dikembangkan di IKN adalah kota cerdas. Bagaimana peran teknologi informasi menjadikan kota ini sebagai kota cerdas?

Sekarang ini kita harus terhubung secara digital adalah keniscayaan. Tagline kotanya adalah globally connected, locally integrated. Kami ingin agar efisiensi dan efektivitas kegiatan warga Nusantara didukung infrastruktur dan ekosistem digital yang memadai. Ini akan membuat kualitas hidup menjadi lebih baik.

Digital connectivity dan ekosistemnya menjadi salah satu yang utama karena kita ingin Nusantara menjadi smart city. Berarti urusan Internet of Things (IoT) harus kuat, smart mobility harus kuat. Nanti kami akan mencoba membangun ekonsistem yang efisien.

Kalau bicara soal digital, kita bukan sekadar ingin meraih advanced technology, tetapi juga bagaimana hal itu dapat melayani kehidupan sehari-hari supaya lebih efisien.

Kemunculan teknologi hijau yang mendukung ekonomi hijau menjadi momentum pembangunan Nusantara. Bagaimana pengembangan green economy and lifestyle di IKN?

Saya menggarisbawahi soal green lifestyle karena hal ini sangat penting untuk mengubah behaviour kita. Rujukan teknologi yang akan digunakan tentunya dari pengalaman yang terbaik dari berbagai negara.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...