2019, Internet Cepat di Semua Kabupaten

Image title
Oleh Tim Redaksi
9 Juli 2018, 11:25
Rudiantara
Ilustrator: Betaria Sarulina

Pemerintah sedang gencar membangun jaringan infrastruktur untuk mendukung akses internet yang merata hingga ke pelosok negeri. Melalui program Palapa Ring, kabel serat optik yang terentang dari Sabang hingga Merauke akan menghadirkan akses internet berkecapatan tinggi, tak kalah dengan negara-negara tetangga dan maju lainnya.

“Kemungkinan 2019 akan bisa beroperasi semua sehingga di ibukota kabupaten sudah bisa menikmati internet kecepatan tinggi seperti yang ada di Jakarta,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Rudiantara saat wawancara khusus dengan Tim Katadata.co.id di dalam mobil EV Shuttle, Jakarta, 4 Juni lalu.

Advertisement

Selain pengembangan jaringan internet, dalam wawancara selama satu jam di dalam mobil dari kantornya di Gedung Kementerian Kominfo di kawasan Medan Merdeka Barat menuju lokasi rapat berikutnya tersebut, Rudiantara menjelaskan kebijakan pemerintah terkait e-commerce, upaya menangkal hoax dan perlindungan data pengguna internet. Rekaman video lengkap wawancaranya dapat disimak di kanal Multimedia.

Sejauh mana perkembangan proyek Palapa Ring dan apa yang ingin dicapai?

Sebelum bicara target Palapa Ring, perlu dilihat apa yang sebetulnya terjadi di Indonesia dari sisi infrastruktur ICT. Harus diakui bahwa kecepatan internet di ASEAN, Indonesia berada di nomor 4 setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Membangun infrastruktur di Indonesia tidak mudah karena kita negara kepulauan. Sementara negara yang saya sebutkan tadi praktis negara daratan, yang menarik fiber optic di daratan relatif lebih mudah dibandingkan menyeberang lautan.

Dari 514 kabupaten di seluruh Indonesia, ada sekitar 58 kabupaten yang baru dan sama sekali tidak ada backbone. Kita ibaratkan jalan tol Jakarta-Bandung, operator harus membangun jalan lagi dari pintu tol Bekasi ke kota Bekasi-nya. Jalan tolnya (fiber optic yang merupakan backbone) itu sendiri yang sebetulnya sangat mahal. Demikian halnya infrastruktur ICT, 58 kabupaten baru itu menghubungkan 34 kabupaten lainnya. Jadi praktis sekitar 92 kabupaten yang tidak memiliki backbone.

Terkait perkembangan Palapa Ring, di barat (Indonesia) sudah beroperasi, tengah 77%, sementara timur masuk 46%. Insha Allah akhir tahun ini akan selesai, jadi kemungkinan 2019 akan bisa beroperasi semua. Setidaknya di ibukota kabupatennya sudah bisa menikmati internet kecepatan tinggi, tidak berbeda dengan yang ada di Jakarta. Beda tipis.

Apakah nantinya kecepatan internet di Indonesia bisa seperti Korea Selatan dan Singapura?

Dilihat dari data, Korea Selatan, HongKong, Singapura praktis menggunakan fix broadband, yakni internet dengan kecepatan tinggi tetapi menggunakan kabel yang memasuki rumah atau ke gedung-gedung. Kalau Indonesia mengikuti cara seperti itu—menarik kabel ke rumah-rumah—ya kapan selesainya?

Indonesia menggunakan mobile broadband, yang masyarakatnya menggunakan ponsel untuk mengakses internet. Hal ini berbeda dengan Singapura dan Korea Selatan, yang mereka di rumah dan di kantor menggunakan fix broadband. Dari sisi kecepatan, (internet di Indonesia) tidak akan bisa sama dengan Korea Selatan (terutama), kecuali beberapa tempat di Jakarta dengan solusi fix broadband.

Untuk mobile broadband dengan ponsel, kecepatan rata-rata di Jabodetabek mencapai 7 MB/s (megabit per detik) dan ini hanya kalah dengan Singapura. Namun saudara kita yang di Timur mengalami permasalahan kecepatan karena hanya bisa menerima 300 KB/s, 1/23 dibandingkan dengan kita yang tinggal di Jakarta.

Apa kendalanya?

Tidak ada backbone dan jaringan yang memadai ke sana. Kalau memakai satelit sangat mahal biayanya, sementara kapasitasnya kecil. Jadi ya lemot.. sudah lemot nanti teman-teman yang di Timur bayar paketnya lebih mahal (dibandingkan) dengan di Jakarta. Kan tidak fair. Jadi kalau nanti Palapa Ring sudah beroperasi, diharapkan ketimpangan harga ini mendekat dan suatu saat akan sama di seluruh Indonesia.

Jadi yang di luar DKI Jakarta dan di luar kota-kota besar bisa menikmati akses internet yang sama cepatnya?

Eventually, kita harus fair. Artinya, masa yang di Jakarta menikmati internet cepat (dengan harga lebih murah) sementara teman-teman yang di Papua, Maluku membayar lebih mahal untuk koneksi internet yang lemot? Ini yang kami coba balanced atau seimbangkan dengan jalan Palapa Ring.

Palapa Ring ini merupakan insentif bagi operator, artinya daripada operator harus membangun dengan ongkos yang mahal tetapi tidak segera membangun, maka akhirnya Palapa Ring inilah yang membangun. Operator akan diberi diskon atau insentif fiskal untuk membangun di daerah tertinggal.

Terkait penerapan roadmap e-commerce, bagaimana perkembangan unicorn di Indonesia?

Unicorn adalah start-up atau perusahaan yang memiliki nilai valuasi minimal US$ 1 miliar. Di Indonesia ada empat, yakni: Go-Jek, Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia. Nilai valuasinya sudah lebih besar dari kapitalisasi pasar empat perusahaan seluler: Indosat, XL, Smart, dan Hutchison 3. Bayangkan, dari sisi aplikasi usia unicorns ini kurang dari lima tahun, sementara dari sisi pendirian ada yang sampai delapan tahun. Sedangkan perusahaan seluler yang ada telah berdiri sejak 40 tahun lalu. Jadi boleh dikatakan, sebentar lagi sudah pasti tersusul pada 2019.

Kita memiliki target lima unicorn di tahun 2019. Hanya ada 7 unicorn di ASEAN saat ini, 4 di antaranya ada di Indonesia (yang tadi saya sebutkan), 1 dari Malaysia, 1 dari Singapura dan 1 dari Filipina. Yang dari Singapura dan Malaysia adalah kontributor utama pasar Indonesia, karena mereka memiliki produk dan layanan di Indonesia. Empat unicorn dari Indonesia bukan lagi pemain nasional karena salah satunya telah merintis di regional. Jadi Indonesia bukan lagi pasar digital, tapi sudah menjadi atau menabalkan diri sebagai pemain regional.

Ekspansinya di ASEAN?

Go-Jek telah lama merintis ke Vietnam. Karena seperti Ho Chi Minh, Manila, dan Bangkok memiliki karakteristik seperti Jakarta, macet. Meski ada Tuk-Tuk di Bangkok, konsep ride hailing kota-kota metropolitan itu dibawa oleh Go-Jek.

Apa dukungan pemerintah terhadap perkembangan unicorn?

Dari sisi pemerintah, role atau perannya juga berubah. Pemerintah yang tadinya hanya regulator, kini justru harus mengurangi regulasi. Less regulations is the best regulatory framework. Kami harus shift menjadi fasilitator dan akselerator.

Pertama, soal less regulation-nya. Di Indonesia, Anda tidak memerlukan izin Kominfo apabila ingin membangun start-up, melainkan bisa melakukan registrasi sendiri. Mengapa registrasi? Karena kalau nanti ada insentif kepada start-up, kita tahu siapa dan dimana start up-nya berada. Pemerintah tidak perlu membuat susah anak-anak muda yang ingin berbisnis, jadi cukup registrasi saja.

Kemudian peran pemerintah sebagai fasilitator. Ada banyak sekali start-up yang memerlukan pendanaan, baik dari venture capital dalam maupun luar negeri. Banyak internasional maupun nasional venture capital yang memiliki dana dan ingin masuk, tetapi tidak kenal. Nah akhirnya pemerintah dan juga ekosistem (bersama Nadiem Makarim, William Tanuwijaya, dan banyak lainnya) membuat komite kecil dengan program bernama ‘Next Indonesia Unicorn’ Nexticorn.

Apa peran Nexticorn?

Program ini mempertemukan start-up Indonesia yang sudah dikurasi. Mengapa dikurasi? Di Indonesia banyak anak muda yang mampu menciptakan aplikasi dan mendeklarasikan diri sebagai start-up. Ketika mereka bertemu dengan saya dan memberi kartu nama, mereka menyebut dirinya CEO and Founder. Tidak apa-apa karena itu membuat mereka percaya diri, tapi saya sampaikan ,“Hey you are not start up yet.” Start-up itu harus betul-betul melewati suatu proses akselerasi dan inkubasi . Inilah 1.000 start-up yang ditargetkan pada 2020 itu.

Bagaimana agar 1.000 start-up lolos kurasi Anda dan Komite?

Ada market validation, mereka harus mempunyai financial model atau pun model bisnis. Jika mereka mengatakan proyeksi pasarnya sekian, maka akan divalidasi dan di cek kebenaran serta dasar-dasarnya. Start-up harus melalui proses itu. Ketika kurasi usai, kemudian start-up itu akan dipertemukan dengan venture capital berkelas internasional, seperti Sequoia dari Amerika, beberapa dari Jepang, juga lainnya. Semua kelas dunia.

Yang terakhir diadakan di Bali adalah Summit dari Nexticorn yang pertama. Ada 70 start-up yang dikurasi, dan ada venture capital internasional. Permintaan meets up one-on-one meeting (dari yang ingin berinvestasi ke start-up) ada 2.000 dalam dua hari. Tapi yang terjadi hanya 1.000 karena memang tidak mudah meet up dalam waktu yang pendek. Dalam 2 hari mendapatkan sekian sudah luar biasa.

Berapa besar sektor e-commerce mendorong UKM dan perekonomian nasional?

Sangat besar. Contohnya Go Food yang creating entrepreneur baru. Bagi mereka yang jago masak, tak perlu lagi sewa kios atau tempat karena Go Food yang akan datang untuk menjemput makanan. Contoh lain market place. Saya ambil data dari Bukalapak atau Tokopedia, mungkin kombinasi keduanya sekitar 3 juta binaan setara UKM, disebut pelapak di Bukalapak atau merchant di Tokopedia. Mereka semua diberi NPWP jadi bayar pajak dan yang mengoleksi pajaknya si platform.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement