Rangkaian diskusi virtual selama tiga hari, 21 – 23 April 2021 untuk memperingati Hari Bumi yang membahas berbagai tema tentang beragam upaya dalam menjaga kelestarian sumber daya alam, baik air, udara, hutan dan lingkungan. Serial diskusi ini mempertemukan berbagai elemen stakeholder, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, organisasi masyarakat sipil (CSO) serta berbagai pihak terkait lainnya. Tujuannya, untuk mencari solusi bersama atau gotong royong dalam upaya menjaga kelestarian alam, serta mengabarkan kisah inspiratif dan praktik baik dalam melindungi bumi.
Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April sebagai dukungan terhadap setiap aktivitas perlindungan lingkungan. Sejak pertama kali Hari Bumi diperingati oleh jutaan orang di Amerika Serikat pada 22 April 1970, masalah lingkungan global makin berat dan serius. Jumlah penduduk di kota-kota besar di dunia terus menggelembung. Mobil-mobil hanya bisa merayap di jalan raya. Udara tambah pengap oleh polusi, air bersih makin sulit didapat. Sampah terus menggunung.
Menurut World Meteorological Organization (WMO), tingkat konsentrasi gas CO2 di atmosfer terus meningkat dengan sangat cepat selama 10 tahun terakhir. Bahkan pandemi Covid-19 pun, ketika orang-orang dipaksa tinggal di rumah dan mengurangi aktivitas, tak mengurangi tingkat konsentrasi CO2 yang telanjur terakumulasi. Bumi makin kurang sehat ditinggali. Hanya tindakan bersama kita semua yang bisa ‘menyembuhkan’ planet kita. Saya, Anda, mereka, kita semua.
Membahas implikasi regulasi baru, Peraturan Pemerintah No. 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, khususnya terkait dengan pengelolaan perhutanan sosial. Implikasi ini mencakup pemanfaatan hutan sosial, kewajiban, larangan, insentif bagi kelompok tani, pembiayaan dan percepatan program perhutanan sosial, termasuk di wilayah Perhutani.
Membahas tentang strategi dan upaya KLHK bersama BPDLH Kemenkeu terkait program perhutanan sosial untuk mendukung upaya pemerintah dalam memitigasi perubahan iklim, termasuk ide pembuatan Kampung Iklim. Keberhasilan komunitas WARSI dalam menerapkan program Perhutanan Sosial di Jambi untuk penyimpanan karbon bisa menjadi contoh sukses
Dalam sesi ini akan dibahas risiko dan tantangan pengembangan biodiesel di Indonesia, terutama dampaknya terhadap hutan.
Sebagai bagian dari upaya memenuhi komitmen Paris Agreement, Indonesia harus menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030. Beragam cara perlu dilakukan. Salah satunya melalui pengembangan pasar karbon. Dananya berguna untuk investasi hijau yang berkontribusi untuk menurunkan emisi karbon.
Membahas tentang pentingnya sinergi dan kolaborasi antar kementerian dan lembaga untuk menyukseskan program perhutanan sosial. Keberhasilan sinergi pengelolaan perhutanan sosial di Lumajang bisa menjadi contoh sukses kolaborasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah.
Membahas dampak dan manfaat ekonomi, serta beragam cara di balik kisah sukses program perhutanan sosial dalam membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan, serta menghasilkan beragam komoditas dan ekowisata tanpa merusak hutan. Salah satunya adalah ekowisata di Bangka Belitung yang mengubah bekas tambang menjadi ekowisata.
Membahas masalah pengelolaan sampah, khususnya di perkotaan dan bagaimana semua orang maupun komunitas bisa mulai berkontribusi dalam mengatasi masalah sampah di lingkungannya.
Sesi ini membahas masalah ketersediaan air bersih, terutama di perkotaan, dan upaya konservasinya.
Membicarakan perkembangan impact investing di Indonesia. Bagaimana tren impact investing di Indonesia, model bisnis, dan sektor-sektor usaha sosial yang terus berkembang.
Membahas rupa-rupa persoalan yang menjadi tantangan bagi perkembangan impact investing di Indonesia dan masalah-masalah yang biasa dihadapi usaha sosial.
Para usahawan sosial muda ini akan menuturkan kisah mereka membangun usaha, berinovasi untuk mengatasi rupa-rupa masalah di sekitarnya.