Menteri Susi Tuding Garam Impor Bocor, Ini Bantahan Kemenko Maritim
Kementeriaan Koordinator Bidang Kemaritiman membantah dugaan garam impor bocor. Menurut Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono, tidak ada data yang menyebutkan garam impor merembes ke pasar.
"Sampai saat ini di Maritim, ada tidak data kebocoran? Kalau ada, disampaikan. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (KKP) sebut belum ada data itu," kata Agung di kantornya, Jakarta, Jumat (12/7).
Ia menilai penurunan harga garam di tingkat petambak terjadi lantaran kualitas garam rakyat belum sesuai dengan kadar natrium klorida (NaCl) yang diperlukan industri. Akibatnya, pasokan garam lokal tidak terserap sehingga harganya jatuh. Adapun industri membutuhkan garam kualitas K1, yaitu dengan kadar NaCl 95-98%.
Sementara itu, harga garam yang anjlok merupakan garam kualitas K2 dan K3. Garam K2 memiliki kadar NaCl 90 - 95 %, sedangkan garam K3 memiliki kadar NaCl kurang dari 90%.
(Baca: Untuk Kebutuhan Industri, Kemenperin Bantah Impor Garam Kebanyakan)
Meski begitu, industri tetap menyerap garam rakyat. Sebab, ada kesepakatan bagi perusahaan pengolah garam dan perindustrian untuk membelinya. Bila penyerapan tidak dilakukan, kuota impor garam tidak akan diberikan kepada perusahaan atau industri.
Pada 2018 hingga 2019, sebanyak 15 perusahaan menjalin kerja sama dengan Kementerian Perindustrian untuk memanfaatkan garam lokal. Hingga saat ini, realisasi penyerapannya mencapai 962,2 ribu ton.