Impor Minyak saat Harga Jatuh Terganjal Kapasitas Tangki Dalam Negeri
Anjloknya harga minyak mentah dunia ke kisaran US$ 20 per barel berdampak signifikan terhadap industri hulu migas. Namun di sisi lain ini juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengimpor minyak mentah sebanyak-banyaknya.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan kebijakan melakukan impor di saat harga minyak mentah dunia rendah memang tepat. Namun, sebelum menerapkan kebijakan tersebut perlu juga diingat bahwa produksi di dalam negeri harus diperhatikan.
"Saat ini sedang dalam tahapan final dimana mekanisme operasi itu diutamakan mengisi tangki-tangki yang idle, yang kapasitas yang kosong itu di-full-kan dulu," kata dia dalam diskusi virtual Ecadin, Selasa (5/5).
Selanjutnya, setelah tangki-tangki produksi dalam negeri terisi penuh, maka kebijakan impor minyak bisa diterapkan. Dengan memanfaatkanya langsung untuk kebutuhan konsumsi kilang dalam negeri.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Menteri ESDM Sebut PNBP Migas 2020 Hanya Rp 86 T)
Adapun menurut Djoko, dari identifikasi yang telah dilakukan, kapasitas tangki hulu di dalam negeri mempunyai kapasitas pengisian 29,6 juta barel. Dengan rincian 24,8 juta tangki aktif, 3,5 juta barel tangki kosong dan 1,4 juta tangki rusak.
"Nah yang 3,5 juta barel ini itu 1,2 juta barel perlu dilakukan inspeksi bisa atau tidak, kemudian 2,3 juta barel perlu ada perbaikan," kata dia.
Sedangkan, Djoko menyebut di antara 1,2 juta barel tersebut yang siap untuk digunakan yakni kapasitasnya hanya 400 ribu barel per hari BOPD yang terdapat di Balongan. Sementara, saat ini pihaknya juga sedang malukan finalisasi agar produksi di dalam negeri juga terus tetap berjalan.
"Jika ini berhasil kita punya 10 hingga 11 juta barel masih menampung produksi dalam negeri. Jika itu tangki sudah full semua baru gunakan untuk konsumsi kilang," kata dia.
(Baca: Pertamina Sebut Harga BBM Tak Akan Turun meski Harga Minyak Anjlok)
Selain itu, dia juga menyebut ada beberapa opsi yang bisa dilakukan guna menyimpan cadangan dari impor minyak mentah tersebut. Salah satunya yakni dengan teknik memasukan kembali minyak mentah ke dalam reservoir migas, namun hal ini juga berisiko.
"Kalau ada ide dengan dikembalikan ke reservoir, kalau kita mau ambil lagi ya susah. Ini bisa juga masukin tapi ngeluarinnya juga susah," kata Djoko.
Maka dari itu, dengan adanya kondisi seperti ini menjadikan pengalaman betapa pentingnya pembangunan kilang di Indonesia. Sehingga sewaktu-waktu ketika harga minyak mentah dunia jatuh, Indonesia dapat memborong minyak mentah ke dalam negeri. Meskipun produksi di dalam negeri juga harus tetap menjadi prioritas.
(Baca: Trump Bakal Borong Minyak untuk Cadangan Penyangga, Apa Fungsinya?)