Ekspor Benih Lobster Dibuka Lagi, Nelayan Minta Pengaturan Harga

Image title
12 Juli 2020, 14:12
Warga menunjukkan lobster hasil tangkapan nelayan di pesisir Pantai Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (19/2/2020). Nelayan lobster di kawasan itu mengaku, dalam sehari mampu mengumpulkan dan menangkap lobster sebanyak dua sampai lima kilogram yang kemudian
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Warga menunjukkan lobster hasil tangkapan nelayan di pesisir Pantai Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (19/2/2020). Nelayan meminta pemerintah mengatur harga benih lobster.

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mendesak pemerintah untuk mengurangi disparitas atau perbedaan harga dalam bisnis ekspor benih lobster atau benur. Pasalnya perbedaan harga yang signifikan antara nelayan penangkap dan eksportir sangat merugikan nelayan.

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat KNTI Dani Setiawan mengatakan, harga benur di tingkat nelayan tradisional hanya berkisar di angka Rp 10.000-16.000. Sedangkan harga ekspor di pasar internasional bisa mencapai Rp 100.000-170.000. Perbedaan ini hanya menguntungkan segilintir kelompok seperti tengkulak dan eksportir yang memiliki modal kuat.

Advertisement

"Mereka (eksportir) punya informasi berapa harga benih yang dibeli Vietnam. Disparitas itu harusnya dipersempit,  karena kalau pengusaha atau eksportir terus mendapatkan akses dari pemerintah karena  pendapatan yang diterima para eksportir menjadi lebih tinggi dari yang diterima para penangkap benih," kata Dani kepada Katadata.co.id, Minggu (12/7).

Oleh karena itu dia meminta agar pemerintah mengatur harga benur. Dani menilai perbedaan harga benur antara satu wilayah dengan wilayah lain dipengaruhi oleh faktor kesiapan infrastruktur dan transportasi. Wilayah penghasil benur dengan fasilitas yang memadai cenderung lebih mahal dibandingkan dengan wilayah yang fasilitasnya belum memadai.

(Baca: Kontroversi Ekspor Lobster: Dilarang Susi, Diizinkan Edhy)

Tak hanya itu, KNTI juga mendesak pemerintah untuk menyusun peta jalan yang jelas dan komprehensif terkait dengan pengembangan budidaya lobster. Pasalnya, jika hal ini tidak dilakukan keputusan untuk kembali membuka ekspor akan diorientasikan sebagai kepentingan bagi para eksportir.

Setelah bididaya mampu dikembangkan lebih baik lagi, ekspor benur pun harus dihentikan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan kecil.

"Kalau tidak diberikan waktu atau tenggang waktu sampai kapan ekspor dibuka dan berapa banyak jumlahnya, nanti justru orientasi ekpsor ini lebih banyak digunakan untuk mengeksploitasi benih lobster untuk kepentingan ekspor, ini yang kemudian menjadi masalah," kata dia.

Hal yang sama sebelumnya juga diungkapkan oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan atau KIARA yang mengkritik dibukanya keran ekspor benih lobster.

(Baca: Edhy Prabowo Disorot Berikan Izin Ekspor Benih Lobster pada Politisi)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement