Harap-harap Cemas Gejala Dinasti Politik Jokowi di Pilkada Solo

Dimas Jarot Bayu
21 Juli 2020, 11:18
pilkada solo, dinasti politik, jokowi
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pras.
Bakal calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka (kiri) berada di kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/7/2020). Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa resmi mendapat rekomendasi PDI Perjuangan untuk maju sebagai bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo pada Pilkada serentak Desember mendatang.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Solo, Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir cukup menghangatkan jagat politik Tanah Air. Ini lantaran putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka akan bertarung dalam Pilkada Solo 2020.

Saat ini, Gibran telah mengantongi rekomendasi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Jumat (17/7). Dia berdampingan dengan Teguh Prakosa dalam kontestasi politik di akhir tahun tersebut.

Advertisement

Tak berhenti di situ, perjalanan Gibran dalam Pilkada Solo 2020 diprediksi berjalan mulus. Gibran-Teguh diperkirakan menjadi calon tunggal dan berujung melawan kotak kosong di Pilkada Solo.

Hal tersebut karena PDIP yang menjadi pengusung utama Gibran merupakan partai dengan suara terbesar di Solo. PDIP memiliki 30 dari total 45 kursi di DPRD Solo.

(Baca: Pengumuman Calon Paslon PDIP di Pilkada Medan Tunggu Arahan Megawati)

Golkar, Gerindra, dan PAN yang masing-masing memiliki tiga kursi di DPRD Solo pun sudah mendukung Gibran. Begitu pula dengan PSI yang hanya memiliki satu kursi di DPRD Solo.

Hanya PKS dengan lima kursi DPRD Solo yang belum memberikan dukungannya dalam Pilkada Solo. Adapun, syarat minimal pengusungan pasangan calon dalam Pilkada 2020 adalah sembilan kursi.

"Saya jamin (Gibran) menang. Bahkan, dia mungkin akan lawan kotak kosong itu. Lihat saja peta politiknya," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (21/7).

Walau diprediksi mulus, bukan berarti pencalonan Gibran di Pilkada Solo tanpa masalah. Menurut Ujang, majunya Gibran dalam Pilkada Solo ini dikhawatirkan menguatkan gejala dinasti politik di Tanah Air.

Ini karena pencalonan Gibran kerap dikaitkan dengan ayahnya, Jokowi. "Kalau dia berangkat (maju Pilkada Solo) dari kerabat, dari keluarga inti, itu namanya dinasti politik," kata Ujang.

(Baca: Ketua KPK Temukan Modus Penyelewengan Anggaran Covid-19 untuk Pilkada)

Ujang mengatakan, munculnya gejala dinasti politik ini berbahaya. Pasalnya, hal tersebut akan menghadirkan kandidat kepala daerah yang tidak memiliki kompetensi mumpuni untuk maju di Pilkada.

Gibran, misalnya, baru terdengar namanya di blantika politik dalam satu tahun terakhir. "Dia tidak pernah aktif lama di partai politik, tidak pernah menjalani kaderisasi, tidak pernah jalani rekrutmen politik yang baik. Ini kan aji mumpung," kata dia.

Lebih lanjut, Ujang menilai dinasti politik ini berpotensi merusak proses kaderisasi yang selama ini telah dilakukan oleh partai. Dia mencontohkan soal Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo yang tersalip oleh Gibran untuk maju di Pilkada Solo.

Menurut Ujang, Purnomo merupakan kader senior yang merintis karier politiknya sejak lama. "Dia di partai sudah berdarah-darah, sudah berkeringat, sudah lama. Lalu dia kader senior, selangkah lagi harusnya jadi wali kota, dikalahkan oleh kekuatan dinasti politik," kata dia.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement