Tenaga Medis Persoalkan Penggunaan Rapid Test Corona yang Tak Akurat
Sejumlah tenaga medis mempersoalkan masih digunakannya uji cepat (rapid test) dalam mendeteksi virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Sebab rapid test dinilai tidak akurat untuk menemukan infeksi baru corona.
“Terutama pada minggu pertama (setelah terinfeksi) karena antibodi belum terbentuk. WHO tidak rekomendasikan rapid test,” kata Direktur Rumah Sakit Universitas Andalas (Unand) Andani Eka Putra dalam webinar “Katadata.co.id bersama Kawal Covid-19 bertajuk Tes Covid-19, Seberapa Efektif?” pada Kamis (30/7).
Andani mencontohkan, pihaknya sudah menemukan ada 10 orang yang hasil rapid test-nya reaktif di bandara di Sumatera Barat. Namun setelah menjalani tes PCR, mereka ternyata diketahui positif corona.
Dia menilai penggunaan rapid test untuk pemeriksaan corona semata karena kepentingan ekonomi. Padahal, hal tersebut justru berbahaya karena dapat meningkatkan laju penyebaran corona, khususnya di Sumatera Barat.
Atas dasar itu, Andani menyebut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat tidak merekomendasikan pengadaan rapid test untuk pemeriksaan corona sama sekali. "Kami bisa meyakinkan pada Pemprov Sumatera Barat bahwa PCR itu adalah yang utama," kata dia.